Menurut Anas, keanekaragaman hayati di Lanskap Kubu, memerlukan perhatian ekstra bagi segenap elemen terkait, seperti pemerintah, perusahaan dan masyarakat untuk berkomitmen menjamin pembangunan yang berkelanjutan.
Salah satunya kerja sama yang telah dilakukan antara WWF Indonesia melalui sokongan Inisiatif Dagang Hijau (IDH) dengan tiga perusahaan yaitu PT Kandelia Alam, PT Bina Silva Nusa dan PT Ekosistem Khatulistiwa Lestari dari 2015-2019, dengan tujuan pengelolaan hutan yang lestari.
Titik tekan kerja sama ini adalah menjamin proses produksi perusahaan tetap mengedepankan prinsip-prinsip berkelanjutan.
Baca juga: Kedinginan dan Kelaparan di Hutan Saat Sembunyi dari Kejaran Polisi, Perusak Ambulans Serahkan Diri
Masing-masing pihak berkolaborasi dalam mewujudkan kawasan konservasi koridor habitat bekantan dan restorasi kawasan yang terdegradasi.
Pemerintah daerah dan masyarakat setempat juga patut diapresiasi atas dukungan dan keterlibatan dalam upaya pembangunan berkelanjutan ini.
Rehabilitasi habitat bekantan
PT Kandelia Alam dengan izin konsesi seluas 18.130 hektar, sangat memerhatikan satwa endemik Pulau Borneo, bekantan.
Salah satu tindakan nyatanya adalah merehabilitasi habitat bekantan dan mempertahankan koridornya.
Mulai dari ekosistem mangrove sebagai habitat sampai ke kawasan hutan lindung.
Merehabilitasi lokasi-lokasi koridor yang terdegradasi dengan menanam jenis-jenis yang cocok sebagai pohon tidur dan pakan bekantan.
PT Kandelia Alam sebagai konsesi dominan ekosistem mangrove, sudah melakukan rehabilitasi habitat bekantan dengan realisasi sampai tahun 2019 kurang lebih 160 hektar.
Jenis pohon yang ditanam adalah berembang (Sonneratia caseolaris).
Alasannya sederhana. Pembangunan sektor perkebunan, pertambangan dan kehutanan melibatkan lahan yang cukup luas.
Baca juga: Kubu Raya Zona Merah, 10 Pasien Covid-19 Meninggal dalam Sepekan
Bahkan, kawasan hutan alam dikonversi menjadi kebun, hutan tanaman dan tambang terbuka.
Hal ini berakibat terganggunya habitat dan populasi bekantan.
Jika dibiarkan secara terus menerus tanpa ada tindakan nyata, bukan tidak mungkin terjadi kepunahan.
Direktur Utama PT Kandelia Alam, Fairus Mulia berkomitmen melakukan lanskap manajemen untuk memastikan habitat dan home range satwa tetap terjaga.
Selain itu, pembinaan bagi perusahaan yang sudah mendapatkan izin pengelolaan hutan melalui diskusi-diskusi intensif baik formal maupun informal adalah merupakan wujud kolaborasi antara pemerintah daerah, pihak perusahaan, lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat sudah diinisiasi dengan baik untuk mendapatkan solusi kelola penyelamatan terbaik dengan prinsip saling mendukung.
“Banyak regulasi berupa standar operasional di perusahaan yang berhasil kita gagas selama periode kerja sama ini demi penyelamatan spesies,” kata Fairus dalam keterangan tertulisnya.