Namun, produk seperti pincuk dan tas hanya dikerjakan jika ada pesanan. Sementara yang selalu dikerjakan adalah besek karena sudah ada pengepulnya.
Harga besek saat ini antara Rp 2.000 hingga Rp 3.000 per pasang tergantung ukuran.
Meski demikian, membuat anyaman bambu bukan mata pencarian utama warga di Papring. Sehari-hari mereka berprofesi sebagai petani perkebunan seperti kopi dan jagung.
Instruktur pelatihan kali ini bernama Untung Hermawan (50), pengrajin songkok dari anyaman bambu asal Desa Gintangan, Banyuwangi.
Secara umum, proses pembuatan kerajinan berbahan bambu yakni pemotongan bambu, pembelahan bambu, dan mengirat atau memotong bambu yang sudah dibelah.
Kemudian hasil keratan bambu itu disisik bagian pinggirnya agar halus. Selanjutnya dikeringkan dan dianyam sesuai pola yang diinginkan.
Menurutnya, pemanfaatan bambu di Indonesia kebanyakan masih sebatas untuk wadah makanan dan dinding rumah (gedek) yang nilai ekonomisnya masih murah.
Padahal, jika diolah lagi dengan motif yang beragam bisa menghasilkan kerajinan dengan nilai ekonomi yang berlipat-lipat.
Baca juga: Pabrik Obat Keras Ilegal di Sumedang Ternyata Terbesar di Jabar, Distribusinya ke Surabaya
Ia mencontohkan, dengan jumlah potongan bambu yang sama dibuat besek bernilai ekonomi Rp 2.000. Namun dengan jumlah material yang sama, bambu bisa dianyam menjadi kap lampu dan tas dengan nilai ekonominya bisa Rp 25.000.
Pelatihan kali ini yakni pembuatan anyaman dasar dengan motif matahari, pipil (langkah 1), dan motopuru (segi 6).
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.