Kemudian hasil keratan bambu itu disisik bagian pinggirnya agar halus. Selanjutnya dikeringkan dan dianyam sesuai pola yang diinginkan.
Menurutnya, pemanfaatan bambu di Indonesia kebanyakan masih sebatas untuk wadah makanan dan dinding rumah (gedek) yang nilai ekonomisnya masih murah.
Padahal, jika diolah lagi dengan motif yang beragam bisa menghasilkan kerajinan dengan nilai ekonomi yang berlipat-lipat.
Baca juga: Pabrik Obat Keras Ilegal di Sumedang Ternyata Terbesar di Jabar, Distribusinya ke Surabaya
Ia mencontohkan, dengan jumlah potongan bambu yang sama dibuat besek bernilai ekonomi Rp 2.000. Namun dengan jumlah material yang sama, bambu bisa dianyam menjadi kap lampu dan tas dengan nilai ekonominya bisa Rp 25.000.
Pelatihan kali ini yakni pembuatan anyaman dasar dengan motif matahari, pipil (langkah 1), dan motopuru (segi 6).
Pelatihan ini penting untuk regenerasi dan meningkatkan produk kerajinan bambu.
"Harapannya nilai ekonomisnya bisa lebih. Jika bisa dihaluskan lagi dan ditambah ornamen-ornamen lain bisa ratusan ribu," katanya.
Untung mengatakan, Papring sudah memiliki embrio untuk kerajinan bambu sehingga untuk mengembangkannya jauh lebih mudah.
Namun masih dibutuhkan waktu untuk pelatihan, pendampingan, dan dukungan banyak pihak.
"Harus berkesinambungan pendampingan ini. Juga mencarikan pasar juga," kata dia.
Baca juga: 3 Terduga Teroris yang Ditangkap Jelang HUT RI Ditahan di Mapolda Sulsel
Secara umum, menurutnya, Banyuwangi sudah mulai dikenal sebagai daerah pengrajin anyaman bambu. Salah satu desa yang sudah matang dalam produksi anyaman bambu bernilai ekonomis tinggi adalah Desa Gintangan.
Dulu, sama seperti Papring, Gintangan juga baru sebatas produksi besek dan alat-alat rumah tangga seperti bakul atau kukusan.
Lalu tahun 1980-an ke atas terus berkembang ke kerajinan bernilai ekonomi tinggi seperti kap lampu, tempat tisu, tudung saji, hingga songkok.
Bambu, menurutnya, layak untuk dikembangkan karena ramah lingkungan dibandingkan alat berbahan plastik.
"Nilai ekonomisnya kalau dipoles lagi juga makin tinggi," katanya.
Baca juga: Mobil Dinas Wali Kota Solo Gibran di Depan Sekolah Jadi Perhatian, Ini Penjelasannya
Ketua PKBM Nur Surya Education Anas Asuni mengatakan, pelatihan ini berguna untuk pembekalan warga mengolah bambu. Sebab, warga Papring secara umum sudah ada keterampilan dasar mengolah bambu.
"Tidak ada biaya sehingga peserta cukup datang," katanya.
Selain di Papring, pelatihan sejenis juga dilakukan di Ketapang dengan mengolah hasil laut ikan kerapu dan Desa Gombengsari berupa mebel.
Pesertanya berasal dari beragam latar belakang mulai petani, pengrajin, hingga ibu rumah tangga. Adapun program utama dari PKBM ini yakni pembelajaran pendidikan program kesetaraan paket A (setara SD/MI), paket B (SMP/Mts), dan Paket C (SMA/MA).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.