Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Perang Bayu di Banyuwangi, Perang Paling Kejam yang Dialami Belanda

Kompas.com - 16/08/2021, 17:22 WIB
Kontributor Banyuwangi, Imam Rosidin,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

Perang paling kejam

Hasan Ali dalam buku Sekilas Perang Puputan Bayu (2002) menuliskan, Puputan Bayu adalah perang habis-habisan masyarakat Banyuwangi melawan VOC di wilayah Bayu, yang sekarang masuk Kecamatan Songgon.

Perang yang menelan puluhan ribu korban ini, tulis Hasan, merupakan gambaran tragis dari politik devide et impera Belanda.

Karena yang berperang dan menjadi korban dalam perang puputan itu, hampir seluruhnya adalah bangsa sendiri.

Perang ini diakui Belanda sebagai yang paling kejam dan menimbulkan banyak korban jiwa di kedua belah pihak.

Baca juga: Perang Ganter, Perlawanan Ken Arok untuk Meruntuhkan Kerajaan Kediri

Belanda menghabiskan dana 8 ton emas untuk operasi perebutan Blambangan ini.

Mereka mengerahkan 10.000 pasukan bersenjata lengkap dan berat.

Pasukan ini didatangkan dari garnisun-garnisun di Batavia, Semarang, Yogyakarta, Madura, Surabaya, Surakarta, dan daerah utara Jawa.

Dalam perang ini, tidak kurang 60.000 pejuang Banyuwangi gugur, hilang, dan menyingkir ke hutan.

Hal ini berdasar komentar seorang pejabat Belanda di Bondowoso bernama J.C. Bosch yang ditulis Benedict Anderson, dalam tulisan berjudul “Sembah Sumpah, Politik Bahasa dan Kebudayaan Jawa” (Prisma 1982: 75-76).

"........Daerah inilah barangkali satu-satunya di seluruh Jawa yang suatu ketika pernah berpenduduk padat yang telah dibinasakan sama sekali.”

Awal mula peperangan

Perang ini bermula ketika wilayah Blambangan hendak direbut Belanda pada tahun 1767.

Pangeran Agung Wilis yang waktu itu diangkat menjadi Pangeran Blambangan memimpin rakyatnya melawan Belanda.

Sayangnya, ia ditangkap dan diasingkan.

Setelah Agung Wilis diasingkan, Belanda menerapkan kerja paksa tanpa upah membangun benteng, membuat jalan, hingga membersihkan hutan.

Kekejaman itu ditambah dengan kesewenang-wenangan para penguasa VOC terhadap wanita setempat.

Hal di atas membuat Rempeg yang saat itu bekerja untuk Ki Samila menyingkir ke Bayu menyusun kekuatan untuk mengusir penjajah.

Rupanya hal tersebut membuat banyak pejuang mengikuti jejaknya dan berkumpul di Bayu.

VOC dibuat khawatir dan menganggap apa yang terjadi di Bayu adalah bahaya. Mereka lantas mendatangkan bala bantuan untuk menyerang Bayu.

Kronologi Puputan Bayu 

Masih menurut Hasan, Pada Mei 1771, VOC mengetahui adipati yang diangkatnya (Sutanegara, Wangsengsari, dan Patih Surateruna), memihak ke Rempeg dan menjalin hubungan dengan Bali.

Pada Juni, ketiganya yang masih keturunan Tawang Alun ini diasingkan ke Sri Lanka.

Lalu 3 Agustus 1771, VOC mengirim 70 pasukan pribumi menyerang Bayu. Namun mereka justru membelot dan bergabung dengan pasukan Rempeg.

Pada 5 Agustus, residen Blambangan mengirim pasukannya menyerang Bayu. Penyerangan itu tanpa hasil karena tangguhnya pertahanan Bayu.

Hal ini membuat wakil residen Blambangan saat itu Schophoff pergi ke desa-desa meminta warga tak memihak Rempeg. Namun ia justru diserang pasukan Blambangan.

Agustus 1771, para bupati di Pantai Utara Jawa mengirim pasukannya ke Blambangan di bawah komando Letnan Imhoff dan Letnan Montro.

Baca juga: Jejak dr Soetomo di Desa Ngepeh Nganjuk

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sosok Supriyanto Pembunuh Kekasih di Wonogiri, Residivis Kasus Pembunuhan dan KDRT

Sosok Supriyanto Pembunuh Kekasih di Wonogiri, Residivis Kasus Pembunuhan dan KDRT

Regional
Dorong Pemberdayaan Keluarga, Pj Ketua TP-PKK Sumsel Lantik Ketua Pembina Posyandu Kabupaten dan Kota Se-Sumsel

Dorong Pemberdayaan Keluarga, Pj Ketua TP-PKK Sumsel Lantik Ketua Pembina Posyandu Kabupaten dan Kota Se-Sumsel

Kilas Daerah
Di Hadapan Mendagri Tito, Pj Agus Fatoni Sebut Capaian Ekonomi di Sumsel Sudah Baik

Di Hadapan Mendagri Tito, Pj Agus Fatoni Sebut Capaian Ekonomi di Sumsel Sudah Baik

Regional
Bea Cukai Yogyakarta Berikan Izin Tambah Lokasi Usaha ke Produsen Tembakau Iris

Bea Cukai Yogyakarta Berikan Izin Tambah Lokasi Usaha ke Produsen Tembakau Iris

Regional
Blusukan ke Rusun Muara Baru, Gibran: Salah Satu Tempat yang Paling Padat

Blusukan ke Rusun Muara Baru, Gibran: Salah Satu Tempat yang Paling Padat

Regional
Pura-pura Servis Jam, Pasutri di Semarang Sikat HP Samsung S23 Ultra

Pura-pura Servis Jam, Pasutri di Semarang Sikat HP Samsung S23 Ultra

Regional
4 Kapal Ikan di Cilacap Terbakar, Kerugian Capai Miliaran Rupiah

4 Kapal Ikan di Cilacap Terbakar, Kerugian Capai Miliaran Rupiah

Regional
3.617 Wajib Pajak Magelang Gratis PBB, Berikut Syaratnya

3.617 Wajib Pajak Magelang Gratis PBB, Berikut Syaratnya

Regional
Saat Doa Ibu Mengiringi Pratama Arhan Bertanding...

Saat Doa Ibu Mengiringi Pratama Arhan Bertanding...

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam Berawan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam Berawan

Regional
Viral Keluhan Soal Kenaikan UKT Unsoed, Mahasiswa Merasa Ditodong

Viral Keluhan Soal Kenaikan UKT Unsoed, Mahasiswa Merasa Ditodong

Regional
Utang Pelanggan PDAM Magelang Capai Rp 150 Juta, Banyak Rumah Kosong

Utang Pelanggan PDAM Magelang Capai Rp 150 Juta, Banyak Rumah Kosong

Regional
Kronologi Pembunuhan Karyawan Toko di Sukoharjo, Korban Dicekik dengan Sabuk dan Dipukul Batu

Kronologi Pembunuhan Karyawan Toko di Sukoharjo, Korban Dicekik dengan Sabuk dan Dipukul Batu

Regional
Kepala LKPP Pastikan Belanja Pemerintah Prioritaskan PDN dan UMKK

Kepala LKPP Pastikan Belanja Pemerintah Prioritaskan PDN dan UMKK

Regional
Penyelidikan Dugaan Korupsi Payung Elektrik Masjid Raya Annur Riau Dihentikan

Penyelidikan Dugaan Korupsi Payung Elektrik Masjid Raya Annur Riau Dihentikan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com