Frans Kaisiepo ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1993. Pada 19 Desember 2016, Frans Kaisiepo diabadikan dalam uang kertas rupiah pecahan Rp 10.000.
Frans Kaisiepo juga diabadikan sebagai nama bandara di Biak, dan nama kapal Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut (AL).
Frans Kaisiepo lahir di Wardo, Biak, 10 Oktober 1921. Frans Kaisiepo dikenal juga sebagai Gubernur Irian Barat pada 1964 hingga 1973.
Sejak muda, Kaisiepo sudah dikenal sebagai aktivis gerakan kemerdekaan Republik Indonesia di wilayah Papua.
Baca juga: Biografi Frans Kaisiepo, Pemersatu Irian dengan Indonesia
Diceritakan tiga hari menjelang Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia, Frans Kaisiepo dan beberapa rekannya mendengarkan lagu Indonesia Raya di Kampung Harapan Jayapura pada 14 Agustus 1945.
Lalu pada 31 Agustus 1945, Kaisiepo dan rekan-rekan perjuangan melaksanakan upacara pengibaran bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia.
Pada 10 Juli 1946, ia membentuk Partai Indonesia Merdeka. Di bulan yang sama, ia juga mengikuti Konferensi Malino di Sulawesi Selatan sebagai salah satu delegasi Indonesia.
Pada konferensi Malino, Frans Kaisiepo mengusulkan nama Irian sebagai pengganti nama Papua.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gempa dan Tsunami Terjang Irian Jaya, 108 Orang Meninggal
Irian berasal dari bahasa Biak yang berati semangat persatuan masyarakat agar tidak mudah takluk di tangan Belanda. Ia juga menolak atas skenario usulan pembentukan Negara Indonesia Timu
Ia pernah dijebloskan ke penjara oleh Belanda dan ditahan sebagi tahana politik mulai 1954 hingga 1961.
Frans Kaisiepo meninggal pada 10 April 1979. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cendrawasih, Jayapura.
Baca juga: Peran Gus Dur Ubah Nama Irian Jadi Papua dan Bantu Biaya Kongres Rakyat Papua