Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Para Pahlawan Nasional dari Papua

Kompas.com - 07/08/2021, 10:30 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Papua adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau Nugini bagian barat.

Tak banyak yang tahu jika dari Tanah Papua, juga lahir beberapa pahlawan yang memiliki peran penting bagi kemerdekaan Indonesia.

Dan berikut lima Pahlawan Nasional yang berasal dari Tanah Papua:

1. Silas Papare

Silas Papare, Mantan Mata-mata Amerika Asal Papua yang Jadi Pahlawan Nasional Atas Usahanya Bawa Bumi Cendrawasih Kembali ke Pelukan Ibu Pertiwigrid.id Silas Papare, Mantan Mata-mata Amerika Asal Papua yang Jadi Pahlawan Nasional Atas Usahanya Bawa Bumi Cendrawasih Kembali ke Pelukan Ibu Pertiwi
Silas Papare adalah salah satu Pahlawan Nasional asal Papua yang gigih memperjuangkan pengembalian Papua ke NKRI.

Ia lahir di Kampung Ariepi, Serui, Yapen Waropen pada 18 Desember 1918.

Saat masih berusia 9 tahun, ia masuk ke Sekolah Desa selama 3 tahun dengan bahasa pengantar bahasa daerah. Ia sempat tak melanjutkan sekolah selama setahun.

Tapi kemudian melanjutkan sekolah dan masuk ke sekolah juru rawat di Serui. Oleh Belanda, ia sempat dipercaya sebagai tenaga intelejen.

Pada masa pendudukan Sekutu dan Belanda sesudah Perang Dunia ke II, Silas Papare diangkat menjadi tentara Sekutu dengan pangkat sersan Persteklas.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Mengenang Silas Papare, Pahlawan Nasional Asal Papua

Namun sejak Sekutu meninggalkan Irian Jaya dan digantikan oleh Belanda, Silas Papare tidak lagi menjadi tentara dan kembali sebagai tenaga medis.

Akhir tahun 1945, Silas Papare diangkat sebagai Kepala Rumah Sakit Zending di Serui.

Setelah mendengar Indonesia merdeka, ia keluar dari pekerjaannya dan bergabung bersama pemuda Irian Barat di Batalyon Papua untuk mengadakan pemberontakan.

Pada tahun 1946, ia mendirikan Partai Kemerdkaan Indonesia Irian (PKII). Ia kembali ditahan.

Silas pun berhasil kabur ke Yogyakarta dan mendirikan Badan Perjuangan Irian pada Oktober 1949.

Cita-cita Silas Papare, yaitu mengakhiri kekuasaan Belanda di tanah leluhurnya dan mempertahankan kemerdekaannya.

Silas meninggal di Serui dan mendapatkan anugerah Pahlawan Indonesia pada 14 September 1993.

Baca juga: Silas Papare, Pejuang asal Papua

2. Frans Kaisiepo

Frans KaisiepoKemendikbud Frans Kaisiepo
Frans Kaisiepo ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1993. Pada 19 Desember 2016, Frans Kaisiepo diabadikan dalam uang kertas rupiah pecahan Rp 10.000.

Frans Kaisiepo juga diabadikan sebagai nama bandara di Biak, dan nama kapal Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut (AL).

Frans Kaisiepo lahir di Wardo, Biak, 10 Oktober 1921. Frans Kaisiepo dikenal juga sebagai Gubernur Irian Barat pada 1964 hingga 1973.

Sejak muda, Kaisiepo sudah dikenal sebagai aktivis gerakan kemerdekaan Republik Indonesia di wilayah Papua.

Baca juga: Biografi Frans Kaisiepo, Pemersatu Irian dengan Indonesia

Diceritakan tiga hari menjelang Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia, Frans Kaisiepo dan beberapa rekannya mendengarkan lagu Indonesia Raya di Kampung Harapan Jayapura pada 14 Agustus 1945.

Lalu pada 31 Agustus 1945, Kaisiepo dan rekan-rekan perjuangan melaksanakan upacara pengibaran bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia.

Pada 10 Juli 1946, ia membentuk Partai Indonesia Merdeka. Di bulan yang sama, ia juga mengikuti Konferensi Malino di Sulawesi Selatan sebagai salah satu delegasi Indonesia.

Pada konferensi Malino, Frans Kaisiepo mengusulkan nama Irian sebagai pengganti nama Papua.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gempa dan Tsunami Terjang Irian Jaya, 108 Orang Meninggal

Irian berasal dari bahasa Biak yang berati semangat persatuan masyarakat agar tidak mudah takluk di tangan Belanda. Ia juga menolak atas skenario usulan pembentukan Negara Indonesia Timu

Ia pernah dijebloskan ke penjara oleh Belanda dan ditahan sebagi tahana politik mulai 1954 hingga 1961.

Frans Kaisiepo meninggal pada 10 April 1979. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cendrawasih, Jayapura.

Baca juga: Peran Gus Dur Ubah Nama Irian Jadi Papua dan Bantu Biaya Kongres Rakyat Papua

3. Marthen Indey

Marthen IndeyIkatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia Marthen Indey
Marthen Indey ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada September 1993. Namanya dijadikan sebagai nama rumah sakit tentara di Jayapura,

Marthen lahir di Doromena, Papua pada 16 Maret 1912 dengan nama Soroway Indey. Setelah dibaptis, ia menggunakan nama Marthen.

Marthen Indey banyak dipengaruhi oleh Johanes Bremer, seorang misionaris Ambon yang dikirim Belanda untuk menyebarkan agama Kristen di New Guinea.

Pada 1926, Indey berhasil menyelesaikan sekolahnya dan melanjutkan sekolah Angkatan Laut di Makassar, yaitu Kweekschool voor Indische Schepelingen.

Baca juga: Jayapura Gelar Sepeda Nusantara Etape Marthen Indey

Ia pun lulus dari sekolah tersebut pada 1932.

Setelah menjalankan tugas pelayaran pertamanya, Indey memutuskan meninggalkan karier angkatan lautnya dan menjadi perwira polisi.

Pada 1934, ia pun mendaftar di akademi polisi di Sukabumi, Jawa Barat dan menyelesaikan pelatihannya pada tahun 1935.

Ia sempat telibat pemberontakan saat membebaskan Soegoro dari penjara Hollandia. Kematian salah satu anak buahnya membuat Marthen Indey marah kepada Belanda.

Ia pernah dikirim ke New York untuk berpartisipasi dalam negosiasi yang menghasilkan Perjanjian New York, yakni Irian Jaya bergabung ke Indonesia.

Marthen Indey meninggal di Jayapura pada 17 Juli 1086.

Baca juga: Marthen Indey: Masa Muda, Perjuangan, dan Akhir Hidup

4. Machmud Singgeri Rumagesan

Machmud Singgirei Rumagesan, Pahlawan Nasional Pertama Papua BaratDirektorat Kementerian Sosial Machmud Singgirei Rumagesan, Pahlawan Nasional Pertama Papua Barat
Machmud Singgeri Rumagesan dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 2020. Ia lahir di Kokas pada 27 Desember 1885 dan menjadi raja muda diusia 21 tahun.

Dua tahun kemudian, ia menjabat sebagai Raja Sekar di Fakfak, dengan gelar Raja Al Alam Ugar Sekar (Raja yang lahir dan tumbuh tanpa pengaruh dan kuasa dari kerjaan lain)

Ia bersama Raja Rumbati, Ibrahim Bauw, menyerukan perlawanan dengan jihad fisabilillah menentang penjajahan.

Di Sorong, Machmud Singgirei Rumagesan merencanakan pemberontakan dengan bekal 40 pucuk senjata Heiho, pasukan bangsa Indonesia yang dibentuk Jepang.

Namun, rencananya tersebut gagal. Ia dimasukkan ke sel isolasi selama enam bulan. Bahkan, Machmud Singgirei Rumagesan hampir dihukum mati dengan cara ditembak pada 2 Mei 1949.

Baca juga: Raja Machmud Rumagesan Jadi Pahlawan Nasional, Gubernur Papua Barat: Kami Bangga

Namun setelah desakan dari berbagai pihak, hukuman mati diubah menjadi hukuman seumur hidup pada 5 Desember 1949.

Selama dipenjara, ia telah berpindah dari satu penjara ke penjara lain, seperti Saparua, Sorong-Doom, Manokwari, Hollandia hingga diasingkan ke Makassar.

Salah satu perlawanan yang dilakukan adalah saat Machmud Singgirei Rumagesan memimpin Gerakan Tjendrawasih Revolusioner Irian Barat pada 1953 setelah ia dibebaskan dari penjara.

Gerakan yang ia pimpin ini bertujuan untuk membantu Pemerintah Republik Indonesia merebut dan memperjuangkan pembebasan Irian Barat dari kolonial Belanda.

Perjuangan Machmud berbuah manis. Pada 24 Desember 1949, Irian Barat dinyatakan merdeka dari Belanda setelah diputuskan di Konferensi Meja Bundar (KMB).

Saat ikut Kongres Nasional untuk perdamaian di Jakarta, Machmud menyerukan agar Irian harus kembali ke Indonesia.

Baca juga: Machmud Singgirei Rumagesan, Pahlawan Nasional Pertama Papua Barat

5. Johanes Abraham Dimara

Johannes Abraham Dimara IKPNI Johannes Abraham Dimara
Johanes Abraham Dimara ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 8 November 2010. Ia lahir di Korem, Biak Utara, Papua pada 16 April 1916 dengan nama Arabel.

Saat ia berusia 13 tahun, Dimara diangkat sebagai anak oleh Elias Mahubesi, anggota polisi Ambon.

Ia kemudian melanjutkan pendidikan setingkat SD pada tahun 1930 dan melanjutkan sekolah pertanian di Laha.

Ia lalu sekolah agama (Injil) dari tahun 1935 hingga 1940. Sebagai seorang lulusan agama, Dimara bekerja sebagai guru Injil di Kecamatan Leksuka, Pulau Buru.

Baca juga: Johannes Abraham Dimara: Latar Belakang, Perjuangan, dan Kematian

Tahun 1946, Dimara ikut serta dalam pengibaran bendera merah putih di Namlea, Pulau Buru. Ia juga turut memperjuangkan pengembalian wilayah Irian Barat ke tangan Republik Indonesia.

Pada tahun 1054, Dimara yang menjadi anggota TNI dan menjabat sebagai Ketua Organisasi Pembebasan Irian Barat ditangkap oleh tentara Kerajaan Belanda.

Ia dibuang ke Digul dan dibebaskan pada tahun 1960.

Johannes Abraham Dimara meninggal di usia 84 tahun, 20 Oktober 2000 di Jakarta.

Baca juga: Daftar 20 Jenis Ikan Bersirip yang Dilindungi, dari Pari Sungai Tutul hingga Arwana Irian

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Verelladevanka Adryamarthanino | Editor : Serafica Gischa, Ari Welianto, Nibras Nada Nailufar)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

4 Hari Kandas, 2 Kapal Kargo di Pelabuhan Pangkalbalam Diselamatkan

4 Hari Kandas, 2 Kapal Kargo di Pelabuhan Pangkalbalam Diselamatkan

Regional
Gunung Ibu Meletus 2 Kali Kamis Petang, Status Siaga

Gunung Ibu Meletus 2 Kali Kamis Petang, Status Siaga

Regional
Makan Tanpa Bayar di Warung, 2 Preman Ngaku yang Punya Lampung

Makan Tanpa Bayar di Warung, 2 Preman Ngaku yang Punya Lampung

Regional
Jasad Pria Tanpa Identitas Ditemukan Mengambang di Muara Sungai Asemdoyong Pemalang

Jasad Pria Tanpa Identitas Ditemukan Mengambang di Muara Sungai Asemdoyong Pemalang

Regional
Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Regional
Pilkada 2024, KPU Kabupaten Semarang Waspadai Dukungan Fiktif Calon Perseorangan

Pilkada 2024, KPU Kabupaten Semarang Waspadai Dukungan Fiktif Calon Perseorangan

Regional
Kades di Blora Tewas Tersengat Listrik Pompa Air

Kades di Blora Tewas Tersengat Listrik Pompa Air

Regional
BRIN Ungkap soal Rencana Penelitian Menhir di Sumbar

BRIN Ungkap soal Rencana Penelitian Menhir di Sumbar

Regional
Pemkab Ogan Komering Ulu Tetapkan Status Siaga Bencana Banjir

Pemkab Ogan Komering Ulu Tetapkan Status Siaga Bencana Banjir

Regional
Kronologi Ibu Racuni Anak Tiri di Riau, Beri Minum Kopi Kemasan Beracun hingga Kejang-kejang

Kronologi Ibu Racuni Anak Tiri di Riau, Beri Minum Kopi Kemasan Beracun hingga Kejang-kejang

Regional
Mantan Gubernur hingga Kiai Daftar Ikut Pilkada Babel Lewat PDI-P

Mantan Gubernur hingga Kiai Daftar Ikut Pilkada Babel Lewat PDI-P

Regional
Alasan Milenial hingga Pelaku UMKM Dukung Mbak Ita Kembali Pimpin Semarang

Alasan Milenial hingga Pelaku UMKM Dukung Mbak Ita Kembali Pimpin Semarang

Regional
Rektor Unri Ternyata Belum Cabut Laporan Polisi terhadap Mahasiswa Pengkritik UKT

Rektor Unri Ternyata Belum Cabut Laporan Polisi terhadap Mahasiswa Pengkritik UKT

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Regional
Maju Pilkada 2024, Petani di Sikka Daftar Cawabup di 2 Partai

Maju Pilkada 2024, Petani di Sikka Daftar Cawabup di 2 Partai

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com