KOMPAS.com - Perjuangan atlet panahan asal Klaten, Jawa Tengah, Alviyanto Bagas Prasetyadi (19), harus terhenti di babak enam belas besar Olimpiade Tokyo 2020.
Namun, hal itu tak mengurangi rasa bangga orangtuanya, Suyamto (45) dan Kusmiyati (39), warga Jatinom, Klaten.
"Jadi, Bagas sudah masuk ke level Olimpiade (internasional) itu sudah suatu kebanggaan tersendiri buat kami selaku orangtua pelatih di rumah," kata Kusmiyati yang juga mantan atlet panahan Jateng, Kamis (29/7/2021).
Baca juga: Perjuangan Apriyani Rahayu Raih Emas Olimpiade di Mata Sang Ayah
Di mata Kusmiyati, Bagas adalah sosok atlet muda yang selalu bersemangat dalam berlatih.
Kegagalan di Olimpiade Tokyo 2020 diyakininya tak melemahkan semangat Bagas.
Seperti diketahu Bagas gagal melangkah ke babak 16 besar panahan tunggal putra saat pertandingan menghadapi pemanah asal Australia, Taylor Worth di Yumenoshima Final Field, Kamis (29/7/2021).
"Kami yang di rumah ini bonus buat Bagas. Awalnya Bagas targetnya lolos di PON Papua 2021, fokus di PON. Tidak berpikir masuk ke Pelatnas gitu," kata Kusmiyati saat dihubungi Kompas.com.
Bagas mencintai olah raga memanah sejak kecil. Kusmiyati telah melatih Bagas menjadi seorang atlet panahan.
Kusmiyati mengatakan, Bagas pertama kali ikut lomba panahan ketika masih duduk di bangku kelas VI Sekolah Dasar (SD).
"Pertama keluar langsung dapat juara. SMP dia selalu masuk di PPLP Jateng. Di PPLP bisa dapat juara," terang dia.
Baca juga: Windy Cantika Besar di Keluarga Atlet, Begini Cerita Orangtuanya
Baginya, perjuangan Bagas bisa lolos menjadi kontingen Indonesia dalam Olimpiade Takyo 2020, tidaklah mudah.
Hal itu yang membuat dirinya akan terus mendukung putranya menjadi lebih baik di turnamen-turnamen berikutnya.
"Kalau dia semangatnya tinggi. Dari kecil sudah tertanam manah (memanah) itu enak. Mungkin dalam pikiran dia termotivasi harus bisa seperti itu. Kebetulan dari lingkungan ada omnya karena dari kecil ikut momong bantu jadi tambah semangat," terangnya.
Baca juga: Perjuangan Apriyani Rahayu Raih Emas Olimpiade di Mata Sang Ayah
Seperti diberitakan sebelumnya, Bagas pertama kali ikut lomba panahan ketika masih duduk di bangku kelas VI Sekolah Dasar (SD). Saat itu dirinya mendapat juara, kata Kusmiyati.
Lalu, saat duduk di bangku SMP, Bagas selalu masuk di PPLP Jateng dan bisa dapat juara.
"Sampai ke Olimpiade Takyo 2020 jalannya Bagas tidak mudah. Banyak sekali rintangan dan cobaan. Pulang dari tes Asian Games di Jakarta 2018. Pulang dari tes event sempat turun grafiknya. Dampaknya di Pra PON 2019 kemarin dia belum bisa lolos," ungkap dia.
"Bagas tidak lolos di Pra PON tapi dia dapat tiket berangkat ke PON Papua 2021. Soalnya dia ikut di Pelatnas. Jadi, otomatis dia sudah dapat tiket PON," tambah Kusmiyati.
Baca juga: Puluhan Pasien Covid-19 dari Klaten Dibawa ke Asrama Haji Boyolali