AMBON, KOMPAS.com - Satgas Penanganan Covid-19 Provinsi Maluku angkat bicara soal kerumunan di rumah duka dan pemakaman jenazah Bupati Seram Bagian Barat Muhamad Yasin Payapo.
Jenazah Bupati Yasin Payapo dimakamkan keluarga tanpa protokol kesehatan Covid-19.
Sekretaris Satgas Penangan Covid-19 Provinsi Maluku, Henri Farfar mengungkapkan, tim satgas telah berkoordinasi dengan keluarga almarhum untuk memakamkan jenazah dengan protokol Covid-19.
Namun, keluarga menolak jenazah dimakamkan dengan protokol Covid-19.
“Awalnya saya koordinasi dengan Pemda SBB, saya telepon kadis kesehatan duluan, setelah itu saya hubungi Sekda SBB , koordinasi sampai malam datang ke rumah duka untuk bicarakan dengan keluarga, tapi keluarga tidak mau sama sekali, mereka tolak pemakaman almarhum secara protokol kesehatan,” ungkap Henri kepada Kompas.com via telepon, Minggu (2/8/2021).
Koordinasi itu dilakukan karena Bupati Yasin Payapo dinyatakan positif Covid-19 sehari sebelum meninggal. Sehingga, pemakaman jenazahharus dilakukan dengan protokol kesehatan.
Baca juga: Perjuangan Bripka Anom Layani 90 Pasien Isoman di Jayapura, Rajin Sosialisasi meski Kadang Diejek
Namun, keluarga menolak pemakaman dengan protokol kesehatan karena beralasan Bupati Yasin meninggal di rumah.
“Keluarga bersikeras untuk memakamkan jenazah almarhum tanpa protokol kesehatan karena mereka beralasan, almarhum tidak meninggal dunia di rumah sakit,” katanya.
Tim Satgas Covid-19 Maluku sampai membujuk delegasi keluarga. Namun, mereka tetap menentang permintaan satgas tersebut.
“Mereka (keluarga) jelaskan ke kita itu hal yang tidak mungkin untuk pemakaman secara Covid-19. Sebenarnya, kalau keluarga bersedia biar dimakamkan di pemakaman yang ada asalkan kita lakukan pemularasaan jenazah biar semua aman tapi keluarga menolak mentah-mentah,” ungkapnya.
Henri menjelaskan, satgas tak bisa berbuat banyak saat berkoordinasi dengan keluarga. Hal itu disebabkan tekanan massa yang sangat besar.
“Selain itu tadi malam tekanan masa sangat luar biasa, keluarga sangat banyak, kita tidak berani mengambil risiko akhirnya kita ambil jalan tengah karena keluarga menolak keras kita bicarakan dengan delegasi tapi juga ditolak,” katanya.