Generasi yang lahir setelah Rosman juga sempat mengalami kehidupan tanpa listrik. Salmiati ingat pergulatannya menggunakan lampu minyak saat belajar pada malam hari.
"Lampu itu membantu kami mengerjakan tugas, tapi biasanya mata kami sakit karena asapnya naik ke atas," ujarnya.
Perempuan berumur 24 tahun yang kini berkuliah di Makassar ini berkata, ketiadaan listrik di Messa dulu memaksa dia dan kawan-kawannya mengarungi laut untuk menyeberang ke Labuan Bajo.
Urusan menyalin buku pelajaran hingga mencetak tugas dengan mesin saat itu mustahil dilakukan di pulau mereka.
Baca juga: Listrik Padam Saat Final Copa America, Warga Protes dan Lempari Kantor PLN Sorong
Dampak ketiadaan listrik sempat mengguncang Salmiati. Dia mengalami gegar budaya saat merantau melanjutkan sekolah.
Dia tidak menguasai teknologi. Pengetahuannya juga minim karena sumber informasi seperti televisi tak bisa menyala di rumahnya.
"Beradaptasi dengan lingkungan baru itu tantangan terberat. Saya sama sekali tidak mengenal listrik tapi tiba-tiba saya dihadapkan dengan komputer," tuturnya.
Kehidupan dari generasi ke generasi dengan akses listrik sangat terbatas di Pulau Messa berakhir Oktober 2019, saat pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) diresmikan.
Baca juga: Sebagian Wilayah Kalimantan Selatan dan Tengah Sempat Padam, PLN Minta Maaf
Pada masa operasional pertama, mayoritas rumah dari sekitar 2000 penduduk di pulau ini disambung listrik dari PLTS tersebut.
Beberapa rumah yang saat ini belum mendapat akses listrik adalah tempat tinggal baru, yang dibangun usai penyambungan instalasi, kata Yogi, kepala dusun di pulau ini.
PLTS di Pulau Messa tidak terhubung jaringan PLN alias off grid. Artinya, PLTS ini menyimpan energi matahari ke dalam baterai. Energi itu bisa digunakan saat panel surya tidak berfungsi maksimal, entah karena gangguan teknis atau karena matahari tertutup awan.
Baca juga: Listrik Sempat Padam, PLN Pastikan Kelistrikan Kalimantan Tengah dan Selatan Sudah Pulih
Setelah PLTS itu berdiri, listrik sempat menyala 24 jam di Messa. Namun saat ini listrik tak lagi mengalir sepanjang hari.
"PLTS ini sangat berdampak positif walau saat ini tidak beroperasi 24 jam. Menyala dari jam 8 pagi sampai 6 sore. Mati sebentar, lalu hidup lagi sampai jam 10 malam," kata Rosman.
"Memang tidak menyala 100%, tapi saat siang warga bisa melakukan aktivitas seperti berjualan minuman dingin dan es batu. Bisa jadi duit semua. Pertanyaan saya kenapa cuma menyala sampai jam 10 malam," ujar Rosman.
PLTS komunal yang sama juga berdiri di Pulau Papagarang, yang berjarak 45 perjalanan laut dari Messa.
Baca juga: Listrik di Hampir Seluruh Wilayah Kaltim Padam, Tagar #KaltimBlackout Trending