Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Mereka yang Kesulitan Mengakses Listrik...

Kompas.com - 22/07/2021, 12:12 WIB
Rachmawati

Editor

PLTS di Papagarang diresmikan Juli 2019. Kepala Desa Papagarang, Basir, menyebut pembangkit ini juga mengakhiri ketergantungan sekitar seribu keluarga nelayan di pulau ini pada genset diesel.

"Sebelum 2019, warga menunjuk pengurus untuk mendata dan mengumpulkan uang dari orang-orang yang mau berlangganan listrik dari genset. Tapi saat itu listrik hanya menyala dari jam 6 sore sampai 12 malam.

"Sejak listrik mengalir 24 jam, warga yang memiliki usaha pertukangan bisa menggunakan alat otomatis dan tinggal menyambungnya ke colokan.

"Sebagian warga juga mulai memulai usaha penjualan es batu. Banyak yang sekarang memiliki kulkas," ujar Basir.

Baca juga: PLN: Rata-rata Durasi Listrik Padam 161,6 Menit Per Pelanggan pada Maret 2021

Es batu dan alat pendingin merupakan komoditas vital di Papagarang dan Messa. Mayoritas penduduk bekerja sebagai nelayan. Mereka perlu mengawetkan hasil tangkapan sebelum menjualnya ke Labuan Bajo.

Sebelum PLTS beroperasi, para nelayan tidak memiliki alat pendingin. Pilihan mereka adalah membeli es batu di Labuan Bajo atau langsung menjualnya begitu pulang melaut.

Nurdiana saat ini adalah satu dari beberapa penjual es batu di Papagarang. Dia membeli mesin pendingin tahun 2019 dengan mencicil selama lima tahun.

"Dulu aktivitas saya hanya mencari kerang," ujarnya. Upaya menambah pendapatan keluarga itu pun dulu hanya bisa dilakukan Nurdiana saat air laut surut.

Baca juga: Listrik Menyala Setelah 2 Minggu Padam karena Bencana, Sejumlah Warga NTT Pesta Kembang Api

PLTS yang dioperasikan PLN berada di perbukitan di atas permukiman warga Pulau Papagarang.BBC INDONESIA/HARYO WIRAWAN PLTS yang dioperasikan PLN berada di perbukitan di atas permukiman warga Pulau Papagarang.
Tetangga Nurdiana, Abdul Aziz, ingat betapa kehidupan orangtuanya begitu terpuruk saat listrik belum masuk ke Papagarang. Dia lahir tahun 1973 dan merasakan masa-masa gelap gulita pulau tersebut.

Pada masa itu, warga Papagarang hanya dihadapkan pada satu opsi untuk mencari uang, yaitu mencari ikan di laut. Profesi itu pun, kata Abdul, hanya cukup untuk membiayai makan sehari-hari.

"Jadi nelayan hanya untuk bertahan hidup, bukan untuk mencari kekayaan. Ikan dulu memang banyak, tapi harganya jelek sekali," ucapnya.

Baca juga: Awas Main Layang-layang Sembarangan, Bisa Bikin Listrik Padam Total

Baru beberapa tahun terakhir, Abdul mencoba peruntungan menjadi tukang kayu. Saat bank terapung bersandar di Papagarang, dia meminjam uang untuk membeli genset dan mesin penyerut kayu.

Namun ketergantungan pada genset meminimalkan pendapatannya. Kala itu setiap hari setidaknya dia harus mengeluarkan Rp 80.000 untuk lima liter solar.

Dengan jumlah uang yang sama, Abdul kini bisa memperoleh listrik untuk tiga pekan.

"Sekarang, pekerjaan yang dulu baru selesai lima hari, bisa saya tuntaskan dalam dua hari.

Bagaimanapun, suplai listrik dari PLTS di Papagarang juga belum optimal. Masalah teknis dan kondisi cuaca, kata Abdul, kerap membuat listrik mati selama beberapa jam.

Baca juga: Beberapa Hal yang Perlu Kamu Lakukan Saat Listrik di Rumahmu Padam

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Regional
Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Regional
Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi 'Saling Lempar'

Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi "Saling Lempar"

Regional
9 Orang Daftar Pilkada 2024 di PDIP, Tak ada Nama Wali Kota Semarang

9 Orang Daftar Pilkada 2024 di PDIP, Tak ada Nama Wali Kota Semarang

Regional
Patroli Geng Motor di Jalan Protokol, Polisi Bubarkan Balap Liar

Patroli Geng Motor di Jalan Protokol, Polisi Bubarkan Balap Liar

Regional
Jalan Rusak, Seorang Wanita di Ketapang Melahirkan Dalam Perjalanan ke Rumah Sakit

Jalan Rusak, Seorang Wanita di Ketapang Melahirkan Dalam Perjalanan ke Rumah Sakit

Regional
Diduga Depresi Usai Bunuh Perempuan di Kamar Kos, Lansia Ini Gantung Diri di Pantai Kejora

Diduga Depresi Usai Bunuh Perempuan di Kamar Kos, Lansia Ini Gantung Diri di Pantai Kejora

Regional
Polisi Tangkap Pemuda Bawa Senjata Tajam saat Nongkrong di Solo

Polisi Tangkap Pemuda Bawa Senjata Tajam saat Nongkrong di Solo

Regional
Akui Tidak Punya Uang, Bernadus Ratu-Albertus Ben Bao Deklarasi Maju Pilkada Sikka dari Jalur Independen

Akui Tidak Punya Uang, Bernadus Ratu-Albertus Ben Bao Deklarasi Maju Pilkada Sikka dari Jalur Independen

Regional
3 Kader Demokrat Berebut Restu AHY di Pilkada Sumsel, Cik Ujang Klaim Sudah Kantongi Rekomendasi

3 Kader Demokrat Berebut Restu AHY di Pilkada Sumsel, Cik Ujang Klaim Sudah Kantongi Rekomendasi

Regional
Eks Komisioner KPU Konsultasi Calon Independen Pilkada Magelang

Eks Komisioner KPU Konsultasi Calon Independen Pilkada Magelang

Regional
Setelah Gerindra, Rektor Unsa Daftar Maju Pilkada ke PSI

Setelah Gerindra, Rektor Unsa Daftar Maju Pilkada ke PSI

Regional
Terima Pendaftaran Pilkada Manokwari, PDI-P: Kami Tak Koalisi dengan PKS

Terima Pendaftaran Pilkada Manokwari, PDI-P: Kami Tak Koalisi dengan PKS

Regional
Sepasang Calon Perseorangan Mendaftar di Pilkada Pangkalpinang

Sepasang Calon Perseorangan Mendaftar di Pilkada Pangkalpinang

Regional
Telan Anggaran Rp 6,79 Miliar, Perbaikan Jembatan Sungai Babon Semarang-Demak Dikebut

Telan Anggaran Rp 6,79 Miliar, Perbaikan Jembatan Sungai Babon Semarang-Demak Dikebut

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com