Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mbok Sarinah dan Kepedihan Bung Karno Muda di Mojokerto

Kompas.com - 06/06/2021, 06:36 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Presiden Soekarno meresmikan sebuah gedung yang menjadi pusat perbelanjaan pertama di Tanah Air.'

Ia menyebut gedung yang berada di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat sebagai Gedung Sarinah.

Kala itu, Gedung Sarinah digunakan sebagai etalase barang produksi dalam negeri khususnya yang berasal dari UMKM.

Sebagai pusat perbelanjaan modern pertama, Gedung Sarinah langsung jadi ikon berbelanja di Jakarta.

Namun tak banyak yang tahu jika nama Sarinah dipilih Bung Karno sebagai rasa hormatnya pada Sarinah, pengasuhnya saat ia tinggal di Mojokerto.

Sarinah menjadi inspirasi Soekarno di buku yang berjudul Sarinah, Kewajiban Wanita Dalam Perjuangan Republik Indonesia.

Dalam kata pengantar buku itu Soekarno menulis,

"Saya namakan kitab ini Sarinah sebagai tanda terimakasih saya kepada pengasuh saya ketika saya masih kanak-anak. Pengasuh saya itu bernam Sarinah, Ia "Mbok" saya.

Ia membantu ibu saya, dan dari dia saya menerima banyak rasa cinta dan rasa kasih. Dari dia saya banyak mendapatkan pelajaran mencintai "orang kecil".

Dia sendiri pun "orang kecil". Tetapi budinya selalu besar! Moga-moga Tuhan membalas kebaikan Sarinah itu!"

Pindah ke Mojokerto dan bertemu dengan Sarinah

Bung Karno saat menghadiri rapat raksasa menyambut Proklamasi Kemerdekaan R.I di Lapangan Ikada Jakarta (Lapangan Monas), 19 September 1945 Arsip Kompas Bung Karno saat menghadiri rapat raksasa menyambut Proklamasi Kemerdekaan R.I di Lapangan Ikada Jakarta (Lapangan Monas), 19 September 1945
Bung Karno menceritakan kehidupannya di Mojekerto di Buku Soekarno Penyambung Lidah Rakyat yang disusun oleh Cindy Adams di bab khusus yang berjudul Mojokerto: Kepedihan di Masa Muda.

Ia pindah bersama keluarganya dari Surabaya ke Mojokerto saat berusa 6 tahun.

Kala itu sang ayah Raden Sukemi Sosrodiharjo menjadi guru di Mojokerto. Ia pun mengajak sang istri, Idayu dan dua anaknya termasuk Sukarmini yang berusia dua tahun di atas Kusno nama kecil dari Soekarno.

Baca juga: Risma Kunjungi Bekas Penjara Bung Karno di Bandung

Di Mojokerto, Kusno bertemu Sarinah seorang gadis yang kemudian menjadi pengasuhnya.

Bagi keluarga Sukemi, Sarinah bukan pelayan dalam pengertian barat.

Sarinah dianggap bagian dari keluarga Sukemi. Sarinah tidak menikah. Selama tinggal bersama keluarga Sukemi, Sarinah juga tidak menerima gaji.

"Dia tidur bersama kami, tinggal bersama kami, memakan apa yang kami makan, tetapi dia tidak mendapat gaji sepeser pun."

"Dialah yang mengajarku mengenal kasih sayang. Sarinah mengajariku untuk mencintai rakyat. Rakyat kecil," cerita Soekarno pada Cindy di bukunya.

Baca juga: Bulan Bung Karno 2021 di Blitar Dimulai Malam Ini, Digelar 34 Hari Tanpa Penonton

Tentang Sarinah yang tidak menerima gaji saat mengasuhnya, Soekarno mengatakan, "Membayar upah bagi pekerjaan di rumah tangga pada awalnya tidak dikenal dalam konsep di lingkungan kami. Bila ada pekerjaan berat yang harus diselesaikan, setiap orang turut membantu."

Soekarno bercerita jika Sarinah sedang memasak di dapur, maka dia akan duduk di sebelahnya untuk menemani.

Suatu hari Sarinah pernah berpesan kepada Soekarno, "Karno, di atas segalanya engkau harus mencintai ibumu. Tapi berikutnya engkau harus mencintai rakyat kecil. Engkau haru mencintai umat manusia," kata Sarinah.

Baca juga: Sejarah Gedung Sarinah dan Seruan Benci Produk Asing dari Jokowi

Di masa kecil, Soekarno tidur di ranjang Sarinah yang sempit dan selalu mengikuti kemanapun Sarinah pergi.

Namun di otobigrafinya, Soekarno tidak menceritakan detail tentang Sarinah. Hanya saja Bung Karno bercerita saat tak ada lagi Sarinah, ia dan kakaknya, Sukarmini tidur di ranjang milik Sarinah.

Nama Sarinah kembali diceritakan Soekano saat dia pindah ke Surabaya di usia 15 tahun.

Di Surabaya, ia tinggal di Keluarga Cokroaminoto untuk melanjutkan sekolah. Saat awal tinggal di Surabaya, Soekarno mengaku tidak betah dan menangis setiap hari.

Dia kehilangan sosok ibu dan nenek yang memiliki pengaruh besar dalam kehidupan Soekarno. Termasuk juga tidak ada sosok Sarinah.

"Sekarang aku tidak punya ibu, tidak ada nenek yang menyayangiku untuk membujukku, tidak ada Sarinah yang setia menjagaku. Aku merasa sebatang kara," cerita Soekarno di bukunya.

Baca juga: Lahir Kembali, Sarinah Bakal Jadi Merek Pemersatu Bangsa

Di Mojokerto, ganti nama Kusno jadi Soekarno

Peziarah Makam Bung Karno melintas di depan patung Presiden Soekarno di depan pintu masuk Perpustakaan Nasional Bung Karno di kompleks Makam Bung Karno di Kelurahan Bendogerit, Kota Blitar, Senin (17/5/2021)KOMPAS.COM/ASIP HASANI Peziarah Makam Bung Karno melintas di depan patung Presiden Soekarno di depan pintu masuk Perpustakaan Nasional Bung Karno di kompleks Makam Bung Karno di Kelurahan Bendogerit, Kota Blitar, Senin (17/5/2021)
Di Mojokerto, nama Kusno diganti menjadi Soekarno. Saat itu Soekarno berusia 11 tahun dan masih bernama Kusno.

Hampir 2,5 bulan ia sakit tifus dan hanya bisa berbaring di atas tempat tidur.

Bung Karno bercerita rumah yang mereka sewa di Mojokerto berada di tanah yang rendah dekat sebuah sungai kecil.

Saat musim hujan, sungai akan meluap dan airnya akan menggenangi pekerangan rumah mereka.

Baca juga: PDI-P Akan Gelar Kegiatan di 70.000 Desa untuk Peringati Bulan Bung Karno

Sejak Desember hingga April, pekarangan rumah mereka selalu basah. Air tergenang yang bercampur sampah serta lumpur membuat Kusno terkena tifus. Selama Kusno sakit, sang ayah Sukemi selalu menemani.

Sukemi tidur di lantai semen yang lembab hanya beralaskan tikar tipis yang usang tepat di bawah tenpat tidur Kusno yang terbuat dari bambu.

Sukemi terus berdoa anaknya mendapatkan kekuatan dan segera sembuh. Selain tifus, Kusno juga terkena malaria, disentri dan penyakit lainnya. Sukemi pun berpikir untuk mengganti nama Kusno.

Baca juga: Menengok Jejak Dukungan Bung Karno Akan Kemerdekaan Bangsa Palestina...

Karena Sukemi pengagum cerita klasik Hindu zaman dulu Mahabharata, maka nama Kusno diganti dengan dengan Karna yang disebut Sukemi sebagai pahlawan terbesar dalam Mahabharata.

"Agar anakku menjadi seorang patriot dan pahlawan besar dari rakyatnya. Semoga engkau menjadi Karna yang kedua," kata Sukemi pada anak lelakinya.

Menurut Bung Karno, nama Karno atau Karno sama saja. Dalam bahasa Jawa huruf "A" dibaca "O". Awalan "Su" pada kebanyakan nama kami berarti baik, paling baik.

Jadi Sukarno berarti pahlawan yang terbaik.

Setelah Soekano sembuh, mereka pun pindah ke rumah di Jalan Eesiden Pamuji yang lebih kering.

Baca juga: 552 Peziarah Kunjungi Makam Bung Karno Selama Libur Lebaran

Hidup melarat di Mojokerto

Foto Soekarno menyempil di antara foto keluarga di Rumah Kelahiran Bung Karno, Jalan Peneleh Gang IV, atau biasa disebut Gang Pandean, Nomor 40, Surabaya, Rabu (12/8/2015).KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA Foto Soekarno menyempil di antara foto keluarga di Rumah Kelahiran Bung Karno, Jalan Peneleh Gang IV, atau biasa disebut Gang Pandean, Nomor 40, Surabaya, Rabu (12/8/2015).
Bung Karno bercerita kehidupan keluarganya di Mojokerto sangat melarat.

Mereka sering tidak bisa makan nasi satu kali dalam sehari dan kebanyakan makan ubi kayu, jagung yang ditumbuk dengan bahan makanan yang lain.

Sang ibu, Idayu juga tak mampu untuk beli beras seperti yang suka dibeli oleh penduduk lain.

Uangnya hanya cukup untuk membeli padi dan setiap pagi Idayu menumbuknya degan lesung sehingga butir-butir yang mengandung sekam menjadi beras yang dijual orang di pasar.

Baca juga: Pedagang Menjerit, Hanya 40 Peziarah Kunjungi Makam Bung Karno di Lebaran Hari Kedua

Hal tersebut terus dilakukan Idayu di bawah terik matahari hingga tangannya memerah dan melepuh.

"Aku menghemat uang satu sen. Dan uang satu sen dapat membelikan sayuran buatmu, nak," kata Idayu kepada Soekarno.

Sejak hari itu selama beberapa tahun, Soekarno kecil membantu ibunya menumbuk padi sebelum berangkat sekolah.

Baca juga: Cerita Hamka Jadi Imam Shalat Jenazah Bung Karno yang Pernah Memenjarakannya...

Saat Soekarno naik kelas lima, sang ayah berencan akan mengirimnya ke sekolah tinggi di Belanda.

Sayangnya kemampuan Bahasa Belanda Soekarno dianggak kurang.

Sang ayah pun meminta pengajar bahasa Belanda di Europeesche Lagare School yang bernama Maria Paulina De La Rieviere untuk memberikan pelajar khusus pada Soekarno selama satu jam setiap hari.

Saat masuk sekolah menengah, Soekarno dikirim sang ayah ke Hogore Burger School di Surabaya dan tinggal bersama HOS Cokroaminoto.

Di Surabaya, Soekarno muda mulai mengenal dunia pergerakan. Bahkan ia menyebut Surabaya sebagai dapur nasionalisme.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tim SAR Gabungan Cari 1 Korban Tertimbun Longsor di Buntao Toraja Utara

Tim SAR Gabungan Cari 1 Korban Tertimbun Longsor di Buntao Toraja Utara

Regional
Pj Gubernur Sumsel: Perempuan Pilar Utama dalam Membangun Keluarga dan Negara

Pj Gubernur Sumsel: Perempuan Pilar Utama dalam Membangun Keluarga dan Negara

Regional
Bangun Sarang Burung Walet di Belakang Gedung, Kantor Desa di Pulau Sebatik Ini Dapat Kas Rp 2 juta Sekali Panen

Bangun Sarang Burung Walet di Belakang Gedung, Kantor Desa di Pulau Sebatik Ini Dapat Kas Rp 2 juta Sekali Panen

Regional
Juru Parkir Hotel di Purwokerto Tewas Ditembak Pengunjung

Juru Parkir Hotel di Purwokerto Tewas Ditembak Pengunjung

Regional
WNA yang Aniaya Sopir Taksi di Bali Tertangkap Saat Hendak Kabur ke Australia

WNA yang Aniaya Sopir Taksi di Bali Tertangkap Saat Hendak Kabur ke Australia

Regional
25 Ruko di Pasar Bodok Kalbar Terbakar, Diduga akibat Korsleting

25 Ruko di Pasar Bodok Kalbar Terbakar, Diduga akibat Korsleting

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Malam Ini Berawan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Malam Ini Berawan

Regional
Seorang Nenek Jatuh dan Diseret Jambret di Pekanbaru, 2 Pelaku Ditangkap

Seorang Nenek Jatuh dan Diseret Jambret di Pekanbaru, 2 Pelaku Ditangkap

Regional
Kronologi Operator Ekskavator di Tanah Datar Terseret Lahar Dingin Saat Bekerja

Kronologi Operator Ekskavator di Tanah Datar Terseret Lahar Dingin Saat Bekerja

Regional
Viral, Video Pedagang Duku Dipalak dan Tas Dirampas Preman di Lampung Tengah

Viral, Video Pedagang Duku Dipalak dan Tas Dirampas Preman di Lampung Tengah

Regional
Marinir Gadungan Tipu Mahasiswi di Lampung, Korban Diajak Menikah hingga Rugi Rp 2,8 Juta

Marinir Gadungan Tipu Mahasiswi di Lampung, Korban Diajak Menikah hingga Rugi Rp 2,8 Juta

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Buntut Pencemaran Laut, DKP Jateng Pastikan Tambak Udang di Karimunjawa Ditutup Tahun Ini

Buntut Pencemaran Laut, DKP Jateng Pastikan Tambak Udang di Karimunjawa Ditutup Tahun Ini

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com