Tumbukan lempeng yang menyusun Jawa Timur, menurutnya, memiliki panjang sekitar 250 sampai 300 kilometer.
Hal itu menunjukkan, gempa sangat mungkin terjadi di berbagai titik, khususnya di wilayah yang ada di sekitar zona subduksi, yakni zona tempat terjadinya tumbukan itu.
Meski menurut penelitian, aktivitas seismik yang terekam selama ini tidak merata, tetapi menurut Amien, justru hal itu yang perlu dijadikan perhatian.
"Jika sewajarnya intensitas gempa di setiap titik zona subduksi adalah sama, tetapi ditemukan zona dengan gap seismic, artinya ada kemungkinan lempengan terkunci dan akan lepas sewaktu-waktu," katanya.
Sebelumnya, BMKG mengingatkan potensi terburuk bencana tsunami akibat gempa bumi yang kemungkinan terjadi di wilayah pantai selatan Jatim.
Peringatan itu disampaikan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam webinar Kajian Mitigasi Gempa Bumi Dan Tsunami Di Jawa Timur Jumat (28/5/2021) lalu.
Berdasarkan kajian tim ahli BMKG, potensi terburuk bencana tsunami tersebut setinggi 26-29 meter di perairan selatan Jawa Timur dari gempa berkekuatan 8,7 skala richter tepatnya di lepas pantai perairan Kabupaten Trenggalek.
"Waktu tiba gelombang tsunami tercepat akan sampai di Kabupaten Blitar dengan waktu tempuh gelombang dari pusat gempa selama 20-24 menit," katanya.
Hasil analisis dan kajian BMKG juga menyatakan bahwa potensi genangan hasil tsunami itu bisa mencapai setinggi 22 meter.
"Genangan bisa mencapai 22 meter, ini sampai masuknya juga menjorok cukup jauh ke daratan," tuturnya.
Prediksi tersebut berdasarkan terus meningkatnya aktivitas kegempaan di perairan selatan Jatim selama 5 tahun terakhir.
"Berdasarkan kajian perlu diwaspadai karena gempa dengan magnitudo besar selalu diawali dengan banyak gempa dengan magnitudo kecil," kata Dwikorita.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.