Berdasarkan hasil kunjungannya, Hikmah mengatakan, saat ini asrama sekolah itu dihuni oleh sekitar 200 orang.
Sebanyak 80 orang merupakan siswa dan sisanya merupakan alumni yang mengelola unit usaha di kompleks sekolah tersebut.
Siswa yang tinggal di asrama tersisa 80 orang karena sebagian besar menjalani pembelajaran daring akibat pandemi.
Karena ada pola kerja itu, Hikmah meminta Dinas Tenaga Kerja juga hadir ke sekolah untuk memastikan apakah benar ada dugaan eksploitasi ekonomi di sekolah tersebut.
"Itu kenapa Dinas Tenaga Kerja harus hadir juga. Kita tidak ingin kemudian ada stereotip yang salah. Kemendikbud sudah menetapkan sekolah ini sebagai sekolah penggerak. Sudah benar tidak penetapan itu, kan harus koordinasi," jelasnya.
Sekolah diselamatkan
Meski begitu, Hikmah meminta supaya sekolah secara kelembagaan harus diselamatkan. Sebab menurutnya, konsep pembangunan sekolah tersebut sudah bagus.
Yakni memberikan pendidikan gratis bagi anak yang berasal dari keluarga tidak mampu dengan menggandeng berbagai donatur.
"Perlu ada skema penyelamatan agar sekolahnya terselamatkan dan anak-anak belajar dengan tenang," katanya.
Pihaknya mengaku sudah berkoordinasi dengan Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko terkait dengan penyelamatan sekolah tersebut.
"Kita sudah meminta ibu wali kota untuk berkomunikasi dengan para pengelola lain selain tersangka untuk memikirkan masa depan dari sekolah ini. Karena sekolah ini dikelola dengan biaya tidak murah," katanya.
Baca juga: Polda Jatim Buka Nomor Hotline Pengaduan Warga soal Kasus Kekerasan Seksual Anak di Kota Batu
Diketahui, sejumlah korban didampingi Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA) melaporkan dugaan kekerasan seksual di SMA Selamat Pagi Indonesia ke Polda Jatim.
Terlapor berinisial JE yang merupakan pendiri sekolah tersebut.
Pihak SMA Selamat Pagi Indonesia di Kota Batu membantah telah terjadi kekerasan seksual dan eksploitasi dengan terduga pelaku berinisial JE.
Kuasa hukum JE dari Kantor Hukum Recky Bernadus and Partners, Recky Bernadus Surupandy meminta pihak kepolisian untuk membuktikan laporan tersebut.
Kepala SMA Selamat Pagi, Risna Amalia mengaku kaget dengan laporan dengan terlapor JE yang tidak lain adalah pendiri sekolah tersebut.
Risna mengatakan, sejak sekolah itu berdiri pada 2007, dirinya tidak pernah mendapati kasus seperti yang dilaporkan.
"Karena sesungguhnya yang diberitakan sama sekali tidak benar. Saya di sini sejak sekolah ini berdiri 2007. Bahkan saya menjadi kepala sekolah dan ibu asrama sampai saat ini. Tidak pernah terjadi kejadian-kejadian seperti yang disampaikan. Sama sekali tidak ada," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.