Dia menambahkan, kondisi di desa-desa di Kecamatan Pulau Gorom itu semakin parah lantaran dari belasan desa yang diterjang gelombang tinggi itu, sebagian besar belum memiliki talud penahan gelombang oleh pemerintah daerah setempat.
“Banyak desa di sini tidak punya talud penahan gelombang termasuk di desa kami di Desa Namlean,” ujarnya.
Salah satu warga Desa Namalean, Umar Kapitan Namalean mengaku kejadian gelombang tinggi yang terjadi di desa-desa di wilayah tersebut terjadi setiap tahunnya.
“Ini sekarang musimnya dan kondisi ini akan terjadi sampai tujuh bulan ke depan,” ujarnya.
Baca juga: Briptu Mario Sanoy Diserang OTK di Papua, Kapolda: Senjata Api Dirampas oleh Pelaku
Ia pun meminta pemkab setempat dapat membangun talud penahan gelombang di desanya.
Sebab, banyak rumah warga yang rusak saat ini dan terancam hancur akibat diterjang gelombang tinggi.
Hingga saat ini, kata dia, belum ada perhatian dari pemerintah maupun BPBD atas kejadian itu, padahal banyak rumah warga yang mengalami kerusakan.
“Sampai saat ini pemkab belum turun, BPBD juga ceuk padahal banyak rumah warga yang sudah rusak saat ini. Kami memohon dari pemerintah tolong bantu kami bangun talud di sini jangan biarkan rumah-rumah hancur,” harapnya.
Terkait kejadian itu, Kepala BPBD Seram Bagian Timur, Usman Keliobas yang dihubungi berulang kali tidak merespons.
Sementara Kepala BPBD Provinsi Maluku, Henri Farfar meminta warga di wilayah itu agar lebih waspada dengan gelombang tinggi dan cuaca ekstrem yang terus terjadi.
“Kami mengimbau warga di sana agar lebih waspada. Memang di sana kondisinya ekstrem sekali tapi sejauh ini kami belum mendapat laporan resmi,” ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.