“Karena dua dari mutasi virus tersebut menyebabkan kemampuan penularannya semakin meningkat, derajat keparahan meningkat, dan salah satu mutasi tersebut diperkirakan bisa menurunkan efektivitas dari vaksin. Nah kalau efektivitas vaksin semakin menurun, tentu akan sulit untuk menghentikan laju pandemi ini,” kata Riris.
Menurutnya vaksin memang disebut-sebut sebagai penentu akhir pandemi. Di sejumlah negara yang telah berhasil melakukan vaksinasi, kebijakan pengetatan dalam bersosialisasi bahkan sudah dilonggarkan.
Baca juga: 5 ABK Filipina di Cilacap yang Terpapar Covid-19 Varian India Telah Sembuh
Namun, pandemi dalam skala dunia membutukan kondisi herd immunity atau kekebalan komunitas dalam skala dunia juga. Kondisi itu, disamping terkait cakupan skala vaksinasi, juga bergantung pada kecepatannya.
Melihat kasus Indonesia, dari 185 juta penduduk Indoneisa, dibutuhkan imunitas pada 70 persen populasi.
Pemerintah sendiri menargetkan vaksinasi pada 188 juta orang. Dengan vaksin Sinovac, yang efikasinya 65 persen, maka jika target itu tercapai, setidaknya hanya 122 juta orang yang benar-benar memiliki imunitas.
Baca juga: Nakes RSUD Cilacap Tertular Covid-19 dari ABK Filipina Bertambah, Total 48 Orang
“Jadi ada sekitar 65 juta kekurangan untuk kita bisa mencapai herd Immunity. Di samping kita perlu melakukan kampanye vaksinasi secara cepat,” tambah Riris.
Di sisi lain, durasi imunitas vaksin diperkirakan sekitar 1 tahun. Karena itu untuk menciptakan herd immunity, vaksinasi harus selesai kurang dari waktu itu.
Jika tidak, mereka yang sudah divaksin sejak awal akan kehilangan imunitasnya saat penerima vaksin terakhir disuntik dan herd Immunity pun tidak akan terbentuk.
Baca juga: Kondisi Terkini 32 Nakes RSUD Cilacap yang Terpapar Covid-19 dari ABK Filipina
“Apalagi kita lihat kemampuan untuk melakukan vaksinasi hingga saat ini sudah 4 bulan, mereka yang sudah mendapatkan 2 kali vaksinasi baru sekitar 10 juta, atau sekitar 3-4 persen dari total target yang ditentukan,” tambah Riris.
Menurut Riris, vaksin tidak akan bisa menghentikan pandemi dalam waktu dekat. Di sisi lain, virus akan terus bermutasi dan kemungkinan akan menjadikan COVID 19 sebagai flu musiman.
Karena itu, ia menyebut jika mau tidak mau masyarakat tetap harus menerapkan protokol kesehatan dalam jangka panjang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.