Salin Artikel

Varian Covid-19 dari India Diduga Masuk Jateng Lewat Kiriman Gula, 1 ABK Asal Filipina Meninggal di Cilacap

Kapal tersebut berangkat dari India pada 14 April 2021 dan tiba di Pelabuhan Cilacap pada 25 April 2021.

Saat diperiksa, 14 orang dari 20 ABK di kapal itu positif Covid-19. Bahkan satu ABK yang berinisial DRA kondisinya memburuk hingga harus dirawat di RSUD Cilacap sejak 20 April 2021.

Sayangnya kondisi DRA terus memburuk. Ia dinyatakan meninggal dunia pada 11 Mei 2021.

Dikutip dari VOA Indonesia, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memastikan jika seluruh kontak erat korban sudah dilacak.

Diketahui penularan sudah terjadi di lingkungan tenaga kesehatan RSUD Cilacap.

“Dilakukan whole genome sequencing, dan akhirnya semua positif ini varian baru dari India. Dan pada saat mereka dirawat di rumah sakit, di Cilacap, langsung kita tracing kontak erat dan kontak dekat."

"Ternyata, nampaknya varian baru ini masuk ke perawat. Hari ini rumah sakit ditutup dan kita membuat isolasi,” papar Ganjar dalam acara yang diselenggarakan Keluarga Alumni Gadjah Mada (Kagama), Minggu (23/5/2021).

Kepastian varian baru diperoleh dari keteranga Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), Kementerian Kesehatan.

Hasil pemeriksaan tersebut disampaikan Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamuji pada Sabtu (22/5/2021). Dalam keterangan resminya, disebutkan jika 13 ABK kapal MV HilmaBulker terkonfirmasi positif COVID-19 varian B.1617.2.

Terkait hal tersebut, Direktur Utama RSUD Cilacap, dokter Moch Ichlas Riyanto mengatakan telah memeriksa 179 tenaga kesehatan dan 32 di antaranya diketahui melakukan kontak langsung dengan ketigabelas ABK itu.

Dalam kasus ini, dari sisi manusia upaya virus untuk tetap bertahan hidup memang akan merugikan. Sayangnya proses evolusi tidak dapat dihindari.

Ia menyebut setidaknya sudah ada empat varian baru yakni dari Inggris, Amerika Selatan, Afrika Selatan dan India.

Kehadiran varian yang terus memperkuat diri ini diyakini akan mengubah skenario pandemi COVID-19.

“Karena dua dari mutasi virus tersebut menyebabkan kemampuan penularannya semakin meningkat, derajat keparahan meningkat, dan salah satu mutasi tersebut diperkirakan bisa menurunkan efektivitas dari vaksin. Nah kalau efektivitas vaksin semakin menurun, tentu akan sulit untuk menghentikan laju pandemi ini,” kata Riris.

Menurutnya vaksin memang disebut-sebut sebagai penentu akhir pandemi. Di sejumlah negara yang telah berhasil melakukan vaksinasi, kebijakan pengetatan dalam bersosialisasi bahkan sudah dilonggarkan.

Namun, pandemi dalam skala dunia membutukan kondisi herd immunity atau kekebalan komunitas dalam skala dunia juga. Kondisi itu, disamping terkait cakupan skala vaksinasi, juga bergantung pada kecepatannya.

Melihat kasus Indonesia, dari 185 juta penduduk Indoneisa, dibutuhkan imunitas pada 70 persen populasi.

Pemerintah sendiri menargetkan vaksinasi pada 188 juta orang. Dengan vaksin Sinovac, yang efikasinya 65 persen, maka jika target itu tercapai, setidaknya hanya 122 juta orang yang benar-benar memiliki imunitas.

“Jadi ada sekitar 65 juta kekurangan untuk kita bisa mencapai herd Immunity. Di samping kita perlu melakukan kampanye vaksinasi secara cepat,” tambah Riris.

Di sisi lain, durasi imunitas vaksin diperkirakan sekitar 1 tahun. Karena itu untuk menciptakan herd immunity, vaksinasi harus selesai kurang dari waktu itu.

Jika tidak, mereka yang sudah divaksin sejak awal akan kehilangan imunitasnya saat penerima vaksin terakhir disuntik dan herd Immunity pun tidak akan terbentuk.

“Apalagi kita lihat kemampuan untuk melakukan vaksinasi hingga saat ini sudah 4 bulan, mereka yang sudah mendapatkan 2 kali vaksinasi baru sekitar 10 juta, atau sekitar 3-4 persen dari total target yang ditentukan,” tambah Riris.

Menurut Riris, vaksin tidak akan bisa menghentikan pandemi dalam waktu dekat. Di sisi lain, virus akan terus bermutasi dan kemungkinan akan menjadikan COVID 19 sebagai flu musiman.

Karena itu, ia menyebut jika mau tidak mau masyarakat tetap harus menerapkan protokol kesehatan dalam jangka panjang.

https://regional.kompas.com/read/2021/05/28/055000278/varian-covid-19-dari-india-diduga-masuk-jateng-lewat-kiriman-gula-1-abk

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke