KOMPAS.com - Warga di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur ketakutan dan mencari tempat yang tinggi setelah adanya isu tsunami, Rabu (7/4/2021).
Informasi adanya tsunami menyebar begitu cepat di masyarakat Kota Kupang.
Selain berusaha mencari tempat tinggi, sebagian juga datang ke kantor BMKG Geofisika Kupang untuk mencari informasi soal tsunami.
Ketakutan warga Kupang bukan tanpa alasan. Sebelumnya di beberapa wilayah di NTT terkena bencana banjir bandang pada Minggu (4/4/2021).
Baca juga: Hilang 4 Hari Saat Badai Seroja, Seorang Warga Kupang Ditemukan Tewas
Data BNPB pada Kamis (8/4/2021) menyebutkan sedikitya 163 orang meninggal, 45 hilang, sedangkan warga terdampak mencapai 6.019 keluarga atau 22 ribu jiwa.
Sementara jumlah pengungsi kini mencapai 20.929 jiwa.
Kupang sebagai ibu kota Provinisi NTT memegang peran penting dalam penanganan darurat. Pada Kamis (8/4/2021), sebanyak 15 ton bantuan tiba di Bandara El Tari, Kupang.
Bantuan tersebut akan didistribusikan pada titik-titik yang sudah ditentukan dan diprioritaskan untuk Kabupaten Lembata dan Alor.
Kota Kupang adalah kota terbesar di pesisir Teluk Kupang yang terletak di bagian barat laut pulau Timor.
Baca juga: KMP Jatra I yang Tenggelam di Pelabuhan Bolok Kupang Belum Dievakuasi
Sang raja bernama Nai Kopan atau Lai Kopan yang kemudian disebut Kupang.
Disebutkan pada tahun 1463, ada 12 kota bandar di Pulau Timor. Salah satu kota bandar berada di pesisir pantai dengan posisi strategis menghadap ke Teluk Kupang.
Kawasan tersebut adalah kekuasaan Raja Helong. Dan kala itu, yang menjadi raja adalah Raja Koen Lai Bissi.
Baca juga: 15 Ton Bantuan Penanganan Darurat di NTT Tiba di Kupang, Prioritas untuk Lembata dan Alor
Mereka pun berlabuh di Teluk Kupang dan disambut oleh Raja Helong. Sang raja kemudian menawarkan sebidang tanah untuk markas VOC.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.