BORONG, KOMPAS.com - Beban yang dipikul mama Regina Mbagong (52), warga Kampung Teren, Desa Mokel, Kecamatan Kota Komba Utara, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), sungguh berat.
Di usianya yang hampir memasuki masa lanjut usia (lansia) itu, ia harus merawat suaminya yang mengalami kelumpuhan sejak 2013. Sudah delapan tahun suami Regina lumpuh.
Regina dan suaminya tinggal di rumah sederhana berlantai tanah dan dinding dari pelepah bambu. Gubuk itu sudah mulai rusak termakan usia.
Kondisi ekonomi membuat suaminya tak pernah mendapatkan perawatan medis.
Meski dengan kondisi yang serba kekurangan, Regina tetap setia merawat suaminya selama delapan tahun terakhir.
Di balik wajahnya yang keriput dan senyumnya yang tulus tersimpan kekuatannya dalam menghadapi ujian hidup.
Baca juga: Banjir Bandang di Flores Timur, NTT: 69 Warga Meninggal, 1 Orang Belum Ditemukan
Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari -hari, Regina Mbagong menjadi tulang punggung keluarga. Ia bekerja di sawah atau menjadi buruh harian dengn upah Rp 30.000
Saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon seluler tetangganya, Sabtu (3/4/2021) siang, ibu dari sembilan anak ini menceritakan, awal suaminya menderita sakit lumpuh.
"Suami saya Matias Sasar (54), menderita lumpuh saat dia pulang dari Borong menerima Bantuan Sosial Tunai (BLT) tahun 2013 dari Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Timur. Waktu itu uang bantuan yang ia terima sebesar Rp 3 juta," tutur Regina.
Sampai di kampung, lanjutnya, tiba-tiba suaminya jatuh dan tidak bisa bangun. Mulai saat itu suaminya menderita kelumpuhan.
Setelah insiden yang mendera suaminya itu, Regina mengambil alih peran sebagai tulang punggung keluarga.
"Kalau saya ingat kembali kondisinya kadang saya menangis," ungkapnya.