Raya adalah salah satu warga di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, yang berbatasan langsung dengan Malaysia.
Dia memiliki rumah pribadi seluas 9x17 meter, toko kelontong seluas 7x6 meter, sarang burung wallet seluas 4x20 meter, dan kontrakan 13 pintu.
Berdasar pengukuran ulang patok batas negara yang dilakukan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) bersama Jabatan Ukur dan Pemetaan Malaysia (Jupem) pada 2019 lalu, seluruh aset milik Raya itu masuk ke negara Malaysia.
"Banyak yang menyuruh sekalian saja masuk Malaysia, jawaban saya tetap tidak. Walau itu semua aset saya tidak ada yang lain, saya lebih memilih pindah kalau memang di situ milik Malaysia. Saya yakin negara tidak akan menyakiti rakyatnya,’’ ucap Raya.
Dia lebih memilih kehilangan asetnya yang mencapai ratusan bahkan hingga miliaran Rupiah daripada berpindah ke Malaysia.
"Saya merasa punya ikatan batin dengan Indonesia. Saya lahir 17 Agustus 1950, tepat saat orang menyanyikan Indonesia Raya. Makanya setiap lagu itu dinyanyikan saya menangis, saya tidak mau tinggalkan Indonesia,’’ ungkapnya sambil berlinang air mata.
Jiwa nasionalisme juga dipertontonkan oleh Syarif Hidayatullah yang berprofesi sebagai petani.
Ikrarnya disampaikan di depan di depan Wakil Menteri (Wamen) Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Surya Tjandra dan para pejabat negara lain saat meninjau kawasan tersebut.
"Kalau negara kami yang inginkan kami pergi, kami akan pergi. Tapi kalau Malaysia yang usir kami, kami katakan tidak!" tegasnya, Rabu (24/3/2021).
Baca juga: Kalau Malaysia yang Usir, Kami Katakan Tidak