Sultan Maulana mengagumi keindahan Rabigh dan menikmati makanan dengan olahan daging kambing.
Sepulang dari ibadah haji, Sultan Maulana ternyata tak bisa lupa dengan kenangannya akan kota di tepi Laut Merah.
Agar kerinduan akan Rabigh itu terobati, ia pun meminta juru masak istana membuatkan masakan seperti yang dia cicipi di Rabigh. Meski tidak sama persis, masakan karya juru masaknya tetap disukai Sultan.
Baca juga: Asal-usul Tegal, dari Pelaut Portugis hingga Cerita Ki Gede Sebayu
Di bukunya, Bondan Winarno menulis bumbu dasar rabeg adalah bawang merah, bawanh putih, dan lada putih. Namun rasanya semakin kaya rempah dengan tambahan biji pala, kayu manis, jahe, lengkuas, dan cabai rawit.
Selintas rabeg juga mirip semur, namun rasa pedasnya yang kompleks karena diperoleh dari jahe, lada, dan cabai rawit.
Jika dulu resep rambeg masih menggunakan gula merah dan kelapa yang masih banyak diproduksi di Banten, kini bumbu tersebut diganti dengan kecap manis.
Ada juga yang menambahkan kapulaga dan bunga lawang untuk menguatkan cita rasa Arab.
Baca juga: Cerita di Sepiring Nasi Pecel, dari Suguhan Ki Gede Pemanahan hingga Ditulis di Serat Centhini
Namun menurut petuah orang tua, rabeg yang disajikan untuk akikah tidak boleh terlalu pedas.
Mereka menyakini jika rabeg harus dimasak manis agar anaknya juga ikut manis. Saat akikah, daging kambing akan dimasak rabeg dan sebagian dimasak menjadi sate sebelum disajikan saat kenduri.
Jadi kalau berkunjung ke Serang, Banten pastikan jangan lupa mencicipi seporrsi rabeg ya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.