Mulai dari cara berkomunikasi hingga mendesain kerajinan. Ia tak ingin menjadi pekerja migran selamanya.
Namun, tetap ingin kembali ke kampung halaman berkumpul bersama keluarga.
Setelah cukup lama di Malaysia, Lisa pulang ke tanah kelahirannya pada tahun 2002.
Tiba di kampung halaman, dia menemukan sang suami sudah menikah lagi dengan orang lain. Namun, ia tak putus asa dan menyerah.
Lisa mencoba memulai usaha dengan membuat kerajinan kalung, gelang, anting dan berbagai aksesoris lainnya. Kerajinan itu diberi nama Elisa Rainbow.
Ia mengajak tetangga sekitar untuk ikut membantunya. Setelah itu, Kerajinan dijual ke Bali.
Bahkan, modal uang yang dibawa dari Malaysia digunakan untuk menyewa ruko di Bali guna memasarkan produknya.
Baca juga: Bupati Hendy Akan Gratiskan Tiket Wisata bagi Penumpang Pesawat ke Jember
Dari situ, produk kerajinan miliknya dikenal banyak orang. Sebab, banyak turis asing yang tertarik untuk membeli.
Beruntung, Lisa menguasai bahasa Inggris karena ikut kursus ketika di Malaysia.
Dia menggunakan kemampuannya itu untuk berkomunikasi dengan turis. Berkenalan dengan para pembeli dari berbagai Negara.
“Dari sana produk saya semakin dikenal pembeli turis asing,” ucap dia.
Persoalan keluarga sempat membuat bisnis miliknya bangkrut pada tahun 2009. Tapi, Lisa tak menyerah, dia tetap bangkit.
Beruntung, ada sahabat dan rekan bisnisnya asal Australia yang menolongnya. Yakni memberikan pinjaman uang agar membangun kembali usahanya.
Kerajinan yang dibuat oleh Holisa terus berkembang sampai sekarang. Bahkan, sudah ada 300 karyawan yang bekerja padanya.
Di antara mereka, banyak pekerja mantan TKW. Sebab, Kecamatan Ledokombo merupakan daerah yang warganya menjadi pekerja migran.