“Ada TKW yang baru pulang tahun 2020 kemarin, saya ajak bergabung,” tutur dia.
Sebab, TKW tersebut tidak berhasil bekerja di tanah rantau lalu kembali.
Akhirnya Lisa memberikan semangat agar tidak menyerah mencari uang dan mengajaknya bergabung.
Selain TKW, ada juga warga sekitar yang membutuhkan pekerjaan. Awalnya banyak mengakomodir kalangan perempuan.
Namun, karena pandemi Covid-19, juga mengakomodir para lelaki.
“Karena mereka biasanya kerja kuli bangunan ke Bali, sekarang berkurang,” tambah dia.
Pekerjaan membuat kalung, gelang serta aksesoris lainnya itu bisa dibuat di rumah masing-masing, yakni merangkai kalung hingga gelang.
Dalam sehari, para pekerja mampu membuat masing-masing 1.000 potong kalung dan gelang, 500 anting.
Bahan kerajinan diambil dari rumah Lisa, lalu dibawa pulang untuk dikerjakan di rumah para pekerja.
Mereka bisa bekerja bersama keluarganya. Tanpa harus merantau ke negara lain meninggalkan keluarga.
Penghasilan mereka beragam, tergantung jumlah produksinya. Ada yang seminggu mendapat Rp 600.000.
Kerajinan yang dibuat oleh Holisa sudah diekspor ke ke 17 negara. Mulai dari China, Prancis, USA, Kostarika, Swedia, Inggris, Selandia Baru, Jepang, Australia, Spanyol, Dubai, Jerman, Malaysia, Singapore, Thailand, Korea hinga Italia.
“Senin kemarin saya kirim ke Amerika dan China,” kata dia.
Baca juga: Gaji ASN Pemkab Jember Terlambat Lagi, Begini Tanggapan Bupati Hendy...
Ia mengirim sebanyak enam boks atau sekitar 100 kilogram kerajinan berupa jepit rambut.
Di 17 negara itu, produk kerajinan miliknya sudah memiliki pembeli tetap. Untuk itu, pengiriman dilakukan ketika stok di negara yang bersangkutan sudah habis.
Misal, pengiriman ke Perancis dikirim selama tiga bulan sekali.
Bahkan, kadang Holisa mengirim sendiri barangnya ke China sambil membeli tambahan bahan kerajinan.