Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pandemi Tak Halangi Nampan dari Desa di Kulon Progo Tembus Pasar Eropa

Kompas.com - 08/02/2021, 16:59 WIB
Dani Julius Zebua,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

Pekerjaan ini penuh tantangan, utamanya dalam soal kerapian. Misalnya saja membuat sudut siku yang sebenarnya sangat sulit. Tidak seperti kayu yang mudah dibentuk.

“Bisa menceng sedikit, itu dimaklumi. Jadilah kontrak,” kata Mujimin.

Pembuatannya tidak diam-diam. Mujimin harus melaporkan produksinya dalam bentuk video setiap hari.

Ini permintaan pembeli yang menginginkan semua karya serba handmade atau dikerjakan oleh orang, bukan pabrikan.

“Lagi pula, bambu belum ada yang dibuat pabrik. Mereka menilai usaha kerjanya, mulai membuat presisi, kerapian, dan membuat lurus semua bambu yang tidak mungkin bisa lurus 100 persen. Proses kerja ini sangat diminati oleh pemesan di Belanda,” katanya.

Baca juga: Cara Arumi Bachsin agar Kerajinan Tangan Jatim Tembus ke Pasar Eropa

Pesanan ini mengulang kembali pesanan serupa pada masa lalu. Ia mengingat ketika ia pernah memproduksi kerajinan bambu ke Denmark pada 2015.

Andalkan warga

Sebanyak delapan orang bekerja pada workshop Mujimin di Nabin. Mereka adalah warga sekitar pedukuhan.

Hampir semuanya anak muda, belum memiliki pekerjaan tetap, yang sehari-hari mengisi waktu dengan memancing.

Kini, mereka bekerja mulai dari memasang pagar nampan, mengelem, memaku dengan tusuk sate, ataupun membersihkan bambu cendani dengan cara dipanggang.

“Mereka sampai lupa mancing. Mereka berkembang dengan kemampuan menjadi makin ahli,” katanya.

Baca juga: Perjuangan Mahasiswa Tunanetra, Keliling Berjualan Keripik demi Cukupi Kebutuhan Hidup

Mujimin menceritakan, dirinya kerap mempekerjakan warga sekitar untuk ikut dalam berbagai proyek produksi bambu yang ia dapat.

Tidak hanya proyek bikin nampan seperti sekarang, ia juga menerima pesanan membuat gedek untuk jembatan, alas jemuran panen pertanian, hingga bambu gelondongan untuk berbagai bangunan gapura, gazebo, dan homestay.

Warga banyak dilibatkan. Terlebih lagi pada musim peralihan tanam seperti sekarang, warga memiliki waktu luang. Ia merekrutnya untuk ikut bekerja.

"Saya melibatkan warga sekitar untuk kegiatan saya," kata Mujimin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com