Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sukses Panut, Dapat Rp 50 Juta Per Bulan dari Jualan Ikan Cupang

Kompas.com - 09/01/2021, 08:30 WIB
Jaka Hendra Baittri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

 

Pembeli dari luar negeri

Lantas, pertengahan 2015 jadi titik balik Panut untuk berjualan ikan cupang secara online. “Pembeli pertama dari Singapura. Jenis ikan fancy crowntail seharga 35 dollar Singapura waktu itu dollar Singapura sekitar Rp 9.500 per 1 dollar,” katanya.

Ikan itu diantar menggunakan jasa transhipper. Jasa khusus yang mengantar dan memelihara ikan sepanjang perjalanan. Namun, Panut menggunakan jasa ini khusus ke luar negeri.

“Jadi kita bayar biaya handling-nya sampai ke tangan pembelinya,” kata Panut.

“Biaya pengirimannya waktu itu kurang lebih Rp 100.000,” katanya.

Sejak saat itu Panut sibuk menjual cupang lewat dunia maya, yaitu melalui Facebook, Instagram, dan WhatsApp.

“Sempat pakai website dulu. Cuma tidak untuk jual beli. Jadi cuma sampai 2018. Sampai sekarang fokus di tiga medsos tadi,” katanya.

Raih rata-rata Rp 50 juta per bulan

Pada tahun 2018 Panut baru merasakan keuangan dari usahanya yang stabil. Dia mengatakan, karena ini bisnis hobi, jadi tentu saja ada naik turun terkait omzet.

Namun, rata-rata omzetnya sejak saat itu tak kurang dari Rp 50 juta.

Selama enam tahun Panut menjalankan bisnis ini tidak pernah vakum. Hingga kini dia mempunyai beberapa reseller.

“Kalau yang di luar negeri ada di Malaysia. Kalau di dalam negeri ada di sekitar Jabodetabek,” katanya.

“Jadi kita setiap bulan kayak harus menuhin stok dia, jadi kita tinggal cetak-cetak, tapi tetap nyari reseller lainnya juga,” ungkapnya.

Awal pandemi bisnis ikan cupang sempat merosot tajam

Pandemi Covid-19 membuat banyak lini usaha terguncang. Termasuk bisnis cupang Partner Beta yang dimiliki Panut.

“Menukik tajam. Sempat kosong itu, tapi kita coba tetap cari cara,"”atanya.

Panut mengatakan sebelum pandemi memang sedikit mengalami kendala terkait hargajasa pengiriman yang melonjak. Persoalan itu selesai Februari, namun Maret pandemi bergolak.

“Jadinya saya fokus ke Jambi saja dulu karena risikonya besar kalau mau kirim keluar,” katanya.

Risiko ini terkait pengiriman dan mempengaruhi kualitas ikannya juga saat dikirim. Dia harus terus bergerak sebab cupang yang dimilikinya perlahan mulai besar dan harus dijual atau breeding.

Namun pada pertengahan tahun tiba-tiba ikan cupang kembali booming. “Tiba-tiba meledak. Bahkan artis pun main cupang,” kata Panut sedikit tertawa. Sebab dia merasa itu kejutan sekali.

Omzetnya kembali seperti semula. Hingga kini dia terus memperluas pasar. Dia sendiri punya beberapa saran jika ingin memulai bisnis ikan cupang.

Panut mengatakan harus punya ketelatenan dan kesabaran lebih untuk bisnis cupang. Sebab kita harus tahu bagaimana kesehatan dan cara perawatannya dan celah bisnisnya. Dia sendiri akan terus berbisnis cupang karena sudah menjalani enam tahun dan mendapatkan hasilnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com