Ferry merekam proses pembuatan kaki palsu itu dalam otaknya.
Ketika pulang, ingatan itu dituangkan dalam selembar kertas. Mulai dari model kaki, alat yang dibutuhkan dan serta bahan-bahannya. Kemudian mencoba mempraktikannya.
Awalnya, Ferry membuat kaki palsu untuk dirinya sendiri. Ia belajar secara otodidak dan ulet dengan modal Rp 10 juta.
Ia ingin membuktikan dirinya bisa membuat kaki palsu yang nyaman.
“Kalau buat saya nyaman, buat orang lain tentu nyaman juga,” ucap dia.
Setelah setahun, Ferry baru berhasil membuat kaki palsu yang nyaman. Para penyandang disabilitas lain mulai berdatangan minta dibuatkan kaki palsu.
Awalnya, Ferry tak mematok harga. Ferry pun mencobanya membuatkan kaki palsu di hadapan pasien.
Baca juga: Malam Tahun Baru di Surabaya, Aktivitas Dibatasi Pukul 20.00, Warga yang Berkeliaran Dites Swab
Dari sana, ia bisa mengetahui tingkat kenyamanan kaki palsu untuk orang lain.
“Yang saya perhatikan soal kenyamanan, tidak melihat harga,” tegas dia.
Sebab, beberapa temannya ada yang memiliki banyak kaki palsu, namun tidak bisa dipakai karena tidak nyaman. Ada yang terasa berat hingga bikin kaki luka.
Saat kaki palsu selesai dibuat dan cocok dengan pasien. Ferry bisa tersenyum bahagia.
Ada kepuasan batin membantu orang lain yang tidak terukur dengan materi.
“Kaki palsu yang nyaman akan dipakai seumur hidup,” terang dia.