Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sukses Difabel Bikin Kerajinan Kaki Palsu, Bahagia Melihat Orang Bisa Berjalan Lagi

Kompas.com - 24/12/2020, 10:01 WIB
Bagus Supriadi,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

JEMBER, KOMPAS.com – Ferry Setyawan, warga Jalan Kaca Piring, Kelurahan Gebang, Kecamatan Patrang, merupakan penyandang disabilitas yang tangguh.

Ferry kehilangan satu kaki karena harus diamputasi setelah mengalami kecelakaan kerja pada 2005.

Namun, ia tak menyerah begitu saja. Kini, Ferry dikenal sebagai pengrajin kaki palsu yang membuat penyandang disabilitas lain kembali tersenyum bahagia.

 

Sebab, kerajinan kaki palsu yang dijual dengan harga terjangkau membuat difabel bisa berjalan lagi.

“Tujuan saya bikin kaki palsu ini tidak untuk komersil, tapi membantu teman-teman,” kata dia kepada Kompas.com saat ditemui di rumahnya, Rabu (23/12/2020).

Ia mengaku membuat kerajinan kaki palsu agar para difabel bisa kembali beraktivitas seperti biasa.

Di sebuah ruangan berukuran 1,5 x 5,5 meter yang ada di depan rumahnya, Ferry membuat kaki-kaki palsu tersebut. Di dalam ruangan itu terdapat beberapa contoh kaki palsu yang telah dibuatnya, mulai dari yang kecil hingga besar.

Baca juga: Harapan di Tengah Pandemi: Kisah Kesembuhan dan Perjuangan di Baliknya

Ferry juga mengajak beberapa penyandang disabilitas lain untuk menggeluti usaha yang dirintis sejak 2016 itu.

Menurut Ferry, tak mudah membuat kerajinan kaki palsu. Selama ini, ia belajar membuat kaki palsu secara otodidak.

Ia harus mencoba berulang kali agar bisa membuat kaki palsu yang nyaman dipakai.

“Kalau pun harganya Rp 50 juta, kalau enggak nyaman enggak dipakai,” ucap dia.

Bangkit dari musibah

Ferry mengingat kembali kisahnya ketika mengalami kecelakaan kerja pada 2005. Saat itu, ia bekerja sebagai supir truk trailer di Kota Cilegon, Provinsi Banten.

 

Sejumlah kerajinan kaki palsu yang dibuat oleh Ferry Setiawan di rumahnya di Kecamatan Patrang Jember BAGUS SUPRIADI/KOMPAS.COM Sejumlah kerajinan kaki palsu yang dibuat oleh Ferry Setiawan di rumahnya di Kecamatan Patrang Jember
Ketika hendak mengantarkan barang milik perusahaan, ia mengalami kecelakaan yang serius.

“Kaki saya bengkak hingga membusuk dan mengeluarkan bau,” tutur dia.

Berbagai upaya sudah dilakukan untuk menyebuhkan kakinya. Namun, satu-satunya jalan harus diamputasi. Saat itulah, ayah dua anak itu tidak memiliki kaki.

Beruntung, perusahaan memintanya kembali bekerja di bagian administrasi. Namun, harus menguasai Microsoft Office.

“Cukup satu setengah bulan, saya sudah bisa mengusai,” ujar dia.

Saat itu, dia tidak menggunakan kaki palsu ketika pergi ke kantor, namun menggunakan tongkat pembantu.

“Selama lima tahun saya di sana, akhirnya pulang kampung ke Jember,” kata dia.

Baca juga: Setelah 110 Hari Isolasi, Pasien Positif Covid-19 Ini Dinyatakan Sembuh

Saat kembali tanah kelahiran pada awal 2016, Ferry tidak memiliki pekerjaan. Di tengah kebingungan itu, seorang tetangganya menyarankan agar belajar membuat kerajinan kaki palsu.

“Di Jember ini tidak ada kerajinan kaki palsu, coba kamu buat,” tutur Ferry menirukan saran tetangganya.

Ferry tak bisa tidur memikirkan ide tersebut. Ia pun berangkat ke tempat pembuatan kaki palsu di Kabupaten Mojokerto. Tujuannya untuk belajar.

“Namun tidak boleh sama manajemen, hanya disuruh lihat saja,” kata dia.

Alasannya, pihak manajemen pernah kecewa karena karyanya dijiplak orang lain. Akhirnya, Ferry hanya boleh melihat saja.

 

Ferry merekam proses pembuatan kaki palsu itu dalam otaknya.

Ketika pulang, ingatan itu dituangkan dalam selembar kertas. Mulai dari model kaki, alat yang dibutuhkan dan serta bahan-bahannya. Kemudian mencoba mempraktikannya.

Kaki palsu yang nyaman

Awalnya, Ferry membuat kaki palsu untuk dirinya sendiri. Ia belajar secara otodidak dan ulet dengan modal Rp 10 juta.

Ia ingin membuktikan dirinya bisa membuat kaki palsu yang nyaman.

“Kalau buat saya nyaman, buat orang lain tentu nyaman juga,” ucap dia.

Setelah setahun, Ferry baru berhasil membuat kaki palsu yang nyaman. Para penyandang disabilitas lain mulai berdatangan minta dibuatkan kaki palsu.

Awalnya, Ferry tak mematok harga. Ferry pun mencobanya membuatkan kaki palsu di hadapan pasien.

Baca juga: Malam Tahun Baru di Surabaya, Aktivitas Dibatasi Pukul 20.00, Warga yang Berkeliaran Dites Swab

 

Dari sana, ia bisa mengetahui tingkat kenyamanan kaki palsu untuk orang lain.

“Yang saya perhatikan soal kenyamanan, tidak melihat harga,” tegas dia.

Sebab, beberapa temannya ada yang memiliki banyak kaki palsu, namun tidak bisa dipakai karena tidak nyaman. Ada yang terasa berat hingga bikin kaki luka.

Saat kaki palsu selesai dibuat dan cocok dengan pasien. Ferry bisa tersenyum bahagia.

Ada kepuasan batin membantu orang lain yang tidak terukur dengan materi.

“Kaki palsu yang nyaman akan dipakai seumur hidup,” terang dia.

 

Ferry Setiawan, pengrajin kaki palsu asal Jember menunjukkan karya yang dibuatnya BAGUS SUPRIADI/KOMPAS.COM Ferry Setiawan, pengrajin kaki palsu asal Jember menunjukkan karya yang dibuatnya
Sampai sekarang, Ferry tak memasang harga untuk kaki palsu yang dibuatnya. Ia meminta pelanggannya memberi uang seikhlasnya. Sebab, Ferry tahu kondisi ekonomi penyandang disabilitas di bawah rata-rata.

“Kalau dia tak punya uang, dia akan menangis dalam hatinya karena tak bisa beli,” papar Ferry.

Ketika kaki palsu yang dibuatnya membuat orang lain bahagia, Ferry bangga. Apalagi, kaki itu bisa membuat seorang penyandang disabilitas berjalan atau berlari kecil.

“Kalau masalah uang, itu kebahagiaan sesaat,” tutur dia.

Dihantam Covid-19, tetap bangkit

Sejak 2017, Ferry telah berhasil membuat puluhan kaki palsu untuk difabel. Warga yang memesan kaki palsu buatannya berasal dari Madura hingga Banyuwangi.

Bahkan, Ferry sengaja datang ke rumah pelanggan untuk mengukur kaki mereka.

Hanya saja, ketika pandemi Covid-19, kerajinan miliknya terdampak. Warga yang memesan kerajinan kaki palsu berkurang.

Ia mendapatkan bantuan dari pemerintah dana Rp 2.400.000 untuk meringankan bebannya dalam mengembangkan usaha.

Baca juga: PAW Anggota DPRD Jember Alot, Sejumlah Anggota Dewan Walk Out

Dampak pandemi Covid-19 tak hanya dirasakan Ferry, tapi juga pelaku UMKM lain.

Penyedia jasa pengiriman barang seperti JNE memberikan berbagai program untuk membantu pelaku UMKM agar terus berkembang.

Di antaranya, program cashback, diskon ongkos kirim, undian, dan lainnya. 

Warga yang telah menjadi member JNE Loyalty Card (JLC) juga mendapat sejumlah keringanan, seperti ongkos kirim lebih murah.

“Kami juga buat platform bagi pelaku UMKM yang kesulitan mencari wadah,” kata Head Unit Sales Marketting JNE Jember, Agung Fathurrohman.

Platform pesona nusantara itu menjual berbagai produk kerajinan dari sejumlah pelaku UMKM di Indonesia.

Platform ini juga bisa dimanfaatkan Ferry dan pelaku UMKM lain untuk memasarkan produk mereka. Sehingga, produk mereka tak hanya dipasarkan lewat media sosial.

Tetapi, juga di platform milik JNE itu agar bisa dikenal lebih luas oleh masyarakat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com