Tapi saat SD, Linda masih malu-malu untuk mendeklarasikan diri sebagai seorang transpuan.
Tidak seperti adiknya, Lempianus Nong Pitoi yang sekarang akrab disapa Lola Pitaloka.
Lola tak pernah merasakan bangku sekolah. Menurut Linda, adiknya lebih leluasa untuk menjadi transpuan karena tak terbelenggu rasa malu dari lingkungan sekolah.
"Saya yang duluan (jadi transpuan di keluarga), sejak kecil itu sudah lenggak-lenggok. Sudah bermain (peran) perempuan. Boneka-boneka. Masak-masak," ujar Lola.
Saat pertama kali melihat Linda bersolek dan menggunakan pakaian perempuan, Lola mengaku sempat terkejut.
"Bukan karena saya yang ada, atau saya yang suruh seperti saya. Harus berdandan seperti saya, harus bergaya seperti perempuan. (Datang) dengan sendirinya," kata Lola.
Baca juga: Video Viral Pria Bugil Lari dari Hotel Mengaku Diperas Waria Rp 5 Juta, Ini Kronologinya
Mereka berdua jarang berbagi bercerita tentang perubahan diri menjadi transpuan. Tapi ada kalanya, mereka bertengkar karena masalah kosmetik dan pakaian.
"Pernah bertengkar, karena baku rampas bedaknya. Pensil alisnya. Ini saya punya. Ini saya punya, tak boleh pinjam. Beli, kau punya sendiri," kata Lola sambil tersenyum, mengenang masa remaja bersama kakaknya.
Dulu, keduanya juga kompak saling memberi peringatan ketika bapak sedang marah di rumah, termasuk berbagi tempat persembunyian untuk bersolek dan berpakaian perempuan.
Anak lelaki yang menjadi transpuan berikutnya adalah Serpinus Nong Essy, sekarang disapa Essy Moff. Tapi ia sudah lama merantau ke Kalimantan, dan belum kembali ke kampung halaman.
Baca juga: Diiming-imingi Kencan di Hotel, Seorang Pria Diperas Sang Wanita dan 2 Waria
Florensia Nona bukan hanya memiliki tiga anak, tapi juga punya tiga keponakan yang menjadi transpuan—sepupu dari Linda, Lola dan Essy.
Salah satunya, Petrus Peter Song atau akrab dipanggil Chintya Datores.
Ia mengaku sudah merasa menjadi perempuan saat duduk di bangku sekolah dasar.
Sampai akhirnya, beranjak remaja, Lola mengajak Chintya bekerja di sebuah salon di Kota Maumere. Dari sinilah, ia mulai terbiasa berdandan dan menggunakan pakaian perempuan.
"Kebiasaan Kakak Lola ajarin seperti itu, saya bangun, mandi, saya berdandan, saya berpakaian perempuan, sudah saya duduk manis di depan (salon)," kata Chintya
Baca juga: Ini Alasan YouTuber Ferdian Paleka Bikin Video Prank untuk Waria
Dari titik ini pula, Chintya mulai bergaul dengan komunitas transpuan di Kabupaten Sikka dan memulai usaha salon sendiri, termasuk memproduksi tenun ikat.
"Saat itu sudah bisa bekerja mencari uang untuk biaya kehidupan papa dan mama," katanya.
Dari keluarga besar transpuan ini, Lola yang paling aktif berorganisasi di Fajar Sikka.
Chintya mendapat bantuan pemasaran produksi tenun ikatnya dari Fajar Sikka, dan Linda sesekali ikut berkumpul untuk arisan atau kegiatan berdoa bersama.
Baca juga: Video Viral YouTuber Ferdian Paleka Minta Maaf Kasih Waria Sembako Isi Sampah, tetapi Bohong
Lola ikut mengemas barang-barang tersebut menjadi bungkusan-bungkusan kecil.
Bungkusan ini akan dibagikan kepada puluhan keluarga terdampak Covid-19 di daerah pelosok, bagian Timur Kota Maumere.
Setelah selesai mengepak, Lola menyapu keringat di dahi dengan tisu. Sesekali bercermin, memastikan make up di wajahnya tidak luntur.
Mobil jemputan pun tiba. Ia bersama pengurus Fajar Sikka pun duduk manis di atas mobil bak yang dimodifikasi tempat duduknya dengan kayu.
Baca juga: Fakta Pelajar Kelas 1 SMK Menjadi Waria, Ditangkap Satpol PP Saat Layani Tamu di Jalanan
Warga penerima bantuan sembako sudah berkumpul di salah satu rumah.
Senyum dan tawa terkembang menghiasi wajah mereka, saat Lola mulai membuka pertemuan dengan menyanyikan sebuah lagu daerah.
"Tambah lagi, Kak!" teriak beberapa warga, menandakan mereka tak cukup dihibur satu lagu.
'Artis' dari Fajar Sikka pun hanya bisa menghela napas, tapi juga senyum-senyum malu mendapat perhatian dari warga. "Okeh, satu lagu lagi ya," kata Lola diiringi tawa dan tepuk tangan dari warga.
Baca juga: Cerita di Balik Pelajar SMK Jadi Waria, Tertangkap Saat Layani Tamu hingga Mengaku Iseng
Dengan bergabung di Fajar Sikka, Lola ingin mengubah stigma masyarakat terhadap transpuan.
Ini juga berangkat dari pengalaman pahit menjadi transpuan 'pangkalan', yang kerap mendapat kekerasan. "Pernah disiram oli kotor, bahkan sampai air kencing, disiram," katanya.