Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Anaknya Jadi Transpuan, Florensia: Mereka Anak Kandung Saya...

Kompas.com - 23/12/2020, 08:15 WIB
Rachmawati

Editor

"Saya bergabung di Fajar Sikka, saya kepingin berubah, tidak seperti dulunya lagi, tidak nyebong (mangkal) di jalan. Dengan bergabung di Fajar Sikka ini, jadi kita tuh mau menunjukkan kelakuan yang baik, ya kita dihargai begitu oleh masyarakat," kata lola.

Baca juga: Memeras Uang Korban, Waria Gunakan Modus Video Call Seks

Salah satu penerima bantuan, Fransiska Kondeja Solapung mengaku komunitas transpuan ini yang pertama memberinya sembako selama pandemi.

"Dengan keadaan kami ini, rasa terharu. Kami rasa senang, ada perhatian dari waria ini," katanya.

Penduduk Desa Talibura belum lama ini diterjang banjir, termasuk menjadi wilayah dengan tingkat kasus demam berdarah yang tinggi.

Pendiri sekaligus Ketua Fajar Sikka, Hendrika 'Bunda Mayora' mengatakan sasaran penerima bantuan sembako sudah disurvei terlebih dahulu.

"Orang-orang betul-betul yang terdampak, sudah kami observasi, sudah kami ansos (analisa sosial), pergi lihat, dan survei, kami bantu," katanya.

Baca juga: Waria Perias Pengantin Cabuli 50 Pria, 2 Orang Masih Pelajar

Penyaluran sembako ini bukan yang pertama. Penyaluran sembako ini sudah dilakukan beberapa kali selama masa pandemi.

Bantuan sembako ini berasal dari para donatur, yang mempercayai Fajar Sikka dalam mengelola dan mendistribusikan untuk mereka yang terdampak Covid-19.

"(Para donatur) melihat aksi-aksi kami melalui akun Facebook yang saya unggah, mereka lihat, bukan hanya waria, dari sekian banyak waria yang kami tolong, tetapi juga beberapa teman-teman disabilitas, mama-mama janda, lansia yang kami bantu," kata Mayora.

Fajar Sikka dirintis 2018 lalu. Berawal dari kelompok doa yang diberi nama 'Gembala Baik', organisasi ini kemudian berkembang, 'berinklusi' dengan masyarakat.

Baca juga: Heboh Kontes Waria Dibalut Peragaan Busana

Kegiatan Fajar Sikka beragam. Mulai berkeliling kampung mengajar anak-anak, membantu pesta perkawinan warga, penyuluhan pertanian, doa bersama sampai arisan.

Sebagian kegiatan masih berlangsung di masa pandemi.

Sekarang anggotanya hampir mencapai 45 orang, baik dari kalangan transpuan dan transman di Kabupaten Sikka.

Umumnya, anggota Fajar Sikka menjadi tulang punggung keluarga; menyekolahkan adik-adik, belanja bulanan rumah, sampai merawat orangtua yang sudah renta di rumah.

Baca juga: Motif Pembunuhan Ketua Waria Palembang Terungkap, Pelaku Kesal Dicaci Korban

36 tahun baru punya KTP

Komunitas transpuan Fajar Sikka mengibarkan bendera di pantai Koka, NTTdok BBC Indonesia Komunitas transpuan Fajar Sikka mengibarkan bendera di pantai Koka, NTT
Pandemi Covid-19 ini juga memukul usaha kelompok transpuan di Kabupaten Sikka. Salon tutup karena sepi pelanggan, pesanan katering makanan mandek, dan penjualan tenun ikat, seret.

Selain aktivitas membantu mengelola dan mendistribusikan sembako, Fajar Sikka juga mengadvokasi anggotanya memperoleh Kartu Tanda Penduduk (KTP).

Selama ini, transpuan di Kabupaten Sikka kesulitan memiliki KTP. Permasalahannya, karena mereka kabur atau terusir dari rumah, tanpa membawa identitas diri, kehilangan KTP selama di rantau, sampai enggan mengurus karena minder menjadi transpuan.

"Saya resmi jadi warga negara Indonesia setelah umur 36 tahun," kata anggota Fajar Sikka, Marianus Juni Migo, atau akrab disapa Cece sambil tertawa kecil.

Baca juga: Ketua Waria di Palembang Tewas Dibunuh Kekasih

Cece, salah satu anggota Fajar Sikka yang dibantu komunitasnya untuk memperoleh KTP.

Tim advokasi dari Fajar Sikka berkali-kali mendatangi kantor dinas catatan sipil setempat, mendesak agar pejabat setempat mengeluarkan KTP untuk warganya.

Cece yang baru pertama kali punya KTP, selama ini kesulitan memperoleh kartu identitas tersebut setelah merantau ke Kota Maumere dari tanah kelahiran di Larantuka, Kabupaten Flores Timur.

"Saya anak pertama, adik-adik sudah berkeluarga semua. Jadi adik-adik sudah punya kartu keluarga, saya sendiri yang belum. Orangtua sudah almarhum," katanya.

Baca juga: Dianggap Meresahkan, Indekos Waria di Cianjur Digerebek Warga

Mayora memimpin doa saat acara arisan di sekretariat Fajar Sikka.dok BBC Indonesia Mayora memimpin doa saat acara arisan di sekretariat Fajar Sikka.
Sekretaris Fajar Sikka, Andreas Nong Johan yang akrab disapa Yolanda mengatakan, KTP menjadi persoalan mendasar bagi transpuan.

Tanpa KTP, mereka selama ini kesulitan mencari kerja, mendapat pinjaman modal usaha hingga mendapatkan bantuan sosial di masa pandemi.

"Kalau untuk pinjam modal ke bank, ke koperasi ke lembaga keuangan kan butuh identitas yang lengkap," kata Yolanda.

Dalam masa pandemi, tim advokasi Fajar Sikka juga mengurusi bantuan sosial dari pemerintah untuk anggotanya yang mengalami kesulitan ekonomi.

Baca juga: Fakta Pembunuhan Waria di Palembang, Beli Ayam Goreng hingga Dipukul Tabung Gas

"Kami ambil data untuk program BST (bantuan sosial tunai) yang langsung kami urus di kantor dinas sosial. BST itu untuk pertama, kami beberapa orang yang kami urus kurang lebih ada 15 orang itu dapat semua," kata Yolanda.

Fajar Sikka telah menjadi matahari terbit di tengah pandemi.

Ketuanya, Mayora mengatakan akan membawa organisasi ini menjadi contoh bahwa transpuan juga punya sisi bersolidaritas di tengah keberagaman Indonesia.

"Fajar Sikka akan menjadi rumah, menjadi tempat yang aman dan damai, tempat kami berbagi, tempat kami berekspresi, tempat kami bisa mencurahkan kemampuan seluruh keberadaan diri kami," kata Mayora

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com