Setelah dirawat intensif, Corina dipindahkan ke kandang enklosur untuk diobservasi perilaku dan kemampuannya dalam menangkap mangsa.
Selama sembilan bulan pemantauan, kondisi Corina dinyatakan sehat. Berat badan harimau itu naik menjadi 89 kilogram.
Akhirnya, Corina dilepasliarkan ke habitatnya.
Pada 14 Desember 2020, Corina dipindahkan dari PRHSD ke lokasi habituasi sebelum dilepasliarkan menggunakan helikopter.
Corina diobservasi di kandang habituasi yang telah disiapkan pada lokasi pelepasliaran.
Baca juga: Dievakuasi dari Jerat Saat Wabah Corona, Harimau Ini Dinamai Corina
Pada 17 Desember, petugas memasang kalung GPS dengan satelit iridium di leher Corina. Hal itu juga dilakukan untuk pemetaan wilayah jelajah Corina.
Pemantauan dilakukan dengan aplikasi Africa Wildlife Tracking (AWT). Baterai pada kalung itu bisa bertahan maksimal dua tahun dan lepas secara otomatis pada Oktober 2022.
"Untuk memudahkan pemantauan pada saat coverage satelit GPS terbatas, dipasang pula transmitter radio yang dapat dipantau langsung menggunakan receiver radio tracking dengan system trianggulasi," kata Suharyono.
Suharyono berterima kasih atas dukungan sejumlah pihak yang menyelamatkan dan merawat Corina.
"Semoga Corina dapat bertahan di alam dan dapat berkembang biak, sehingga populasi Harimau Sumatera semakin meningkat. Kami juga berharap, semakin banyak satwa yang terselamatkan dan tidak ada lagi satwa yang mati atau terluka akibat jerat. Dukungan para pihak dalam penyelamatan satwa liar sangat diperlukan, karena upaya konservasi harus dilakukan bersama–sama," jelas Suharyono.