Menurutnya, kebijakan itu membuat banyak terjadi pembatalan pesanan oleh wisatawan kepada hotel-hotel yang ada di Bali.
Saat ini, pihaknya masih menghitung jumlah pembatalan yang terjadi.
"Jadi, memang sudah banyak mendapatkan cancelation dan komplain juga dari tamu yang akan menginap di Bali. Memang situasinya sulit sekali," kata dia.
Menurutnya, belakangan ini kondisi tingkat hunian hotel di Bali sudah perlahan membaik meski belum pulih sepenuhnya.
Pada dua pekan bulan Desember ini, tingkat hunian sudah di angka 40 hingga 60 persen.
"Kami berharap pemerintah bisa memberikan sebuah komunikasi yang lebih terbuka. Kalau seperti ini tamu dan pelaku industri juga panik, walaupun saya mendengar ini untuk alasan yang lebih besar lagi," kata dia.
Baca juga: Real Count KPU 100 Persen, Ini Paslon yang Unggul di 5 Daerah Bali
Ia berharap, kebijakan semacam ini harus dikomunikasikan lebih baik dan tidak mendadak.
Apalagi, Bali telah menerapkan protokol kesehatan ketat atau CHSE (cleanliness, health, safety & environment sustainability) bagi pelaku pariwisata.
"Jadi, harusnya kebijakan ini jangan disamaratakan dengan daerah lain, sebenarnya Bali sudah siap dari sisi pariwisatanya," kata dia.
Ia menambahkan, kesehatan memang penting, namun harus seiring dengan berjalannya ekonomi.
"Jadi, keduanya harus bisa berdampingan dengan tetap menjalankan protokol kesehatan," ungkap dia.