YOGYAKARTA,KOMPAS.com- Gunung Api Purba Nglanggeran, di Kapanewon Patuk, Gunungkidul, Yogyakarta, menyimpan banyak potensi yang mulai dikembangkan.
Namun pandemi melanda, sejumlah unit usaha yang dikelola oleh Kalurahan menurun drastis.
Warga berinisiatif budidaya lalat jenis black soldier fly (BSF) atau lalat tentara hitam, larva dari lalat ini bisa mengurai sampah organik yang dihasilkan oleh ratusan warga.
Baca juga: Budidaya Maggot dan Bank Sampah, Solusi Atasi Sampah Rumah Tangga DKI
Sebagian larva dikembangkan untuk indukan, sebagian lainnya dijual untuk pakan ternak.
Tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir sampah( TPAS) di Kalurahan Nglanggeran, diletakkan di dalam sebuah bangunan di Padukuhan Gunung Butak.
Ruangan cukup besar ini menampung sebagian besar sampah yang diambil setiap Senin, dan Kamis dari ratusan keluarga di Kalurahan Nglanggeran.
Di sisi kiri bangunan terdapat rak, dibawahnya ada kotak berisi sampah organik.
Setelah dikeruk muncul larva berwarna coklat atau magot.
Di sisi luar, ada bangunan kecil berisi ribuan BSF yang sebagian sudah bertelur.
Baca juga: Sarang Lebah di Gunung Api Purba Nglanggeran Berhasil Dipindahkan, Ini Kisahnya
Usaha yang dilakukan sejak dua bulan terakhir ini mampu menghasilkan keuntungan jutaan rupiah per bulannya, dan bisa untuk mengembangkan usaha yang dikelola kalurahan.
“Sudah dua bulan ini dikembangkan oleh kami, latar belakangnya pandemi unit usaha kita penghasilannya berkurang cukup drastis,” kata Ketua BUMDes Tunas Mandiri Ahmad Nasrudin saat ditemui di TPAS Nglanggeran Senin (30/11/2020).
“Budidaya magot ini untuk alternatif ketahanan ekonomi ditengah pandemi, karena kalau kami mengembangkan pertanian terkendala air, dan budidaya maggot ini potensi ke depannya cukup baik,” ucap Nasrudin.