Dewi menceritakan, usaha yang digelutinya sejak enam bulan lalu itu dirintis dengan modal Rp 250.000. Uang itu digunakan membeli bahan seperti tepung, pare, dan peralatan penggorengan.
Saat itu, ia hanya bisa memproduksi keripik pare crispy sebanyak satu kilogram per hari.
Usahanya terus berkembang seiring berjalan waktu. Kini, ia bisa menghasilnya empat kilogram keripik dalam sehari.
Dewi mengaku, ia bisa mengantongi omzet sebesar Rp 7 juta hingga Rp 10 juta dalam sebulan.
Keripik pare crispy olahannya dipasarkan secara online. Sebagian besar pelanggannya masih berada di Pulau Bali.
Baca juga: Ada yang Menyangka Kami Sudah Gila karena Nekat Jual Keripik Berbahan Batang Pisang
Namun, ada beberapa pelanggan dari Surabaya dan Malang.
Keripik itu dijual seharga Rp 15.000 hingga Rp 25.000 tergantung rasa dan ukuran. Saat ini, keripiknya memiliki beberapa varian, seperti original, balado, dan barbeku.
Dewi juga berbagi cara pengolahan keripik pare tersebut. Awalnya, pare dipotong bulat dan tipis dan dikeluarkan isinya.
Setelah dicuci, pare direbus untuk menghilangkan rasa pahitnya.