Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sulap" Pare yang Pahit Jadi Kudapan Renyah, Usaha Dewi Kini Beromzet Rp 10 Juta Sebulan

Kompas.com - 24/11/2020, 17:48 WIB
Kontributor Banyuwangi, Imam Rosidin,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

DENPASAR, KOMPAS.com - Pare merupakan sayuran yang dikenal karena memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Hanya saja, tak semua orang menyukai sayuran ini karena rasanya yang pahit.

Di tangan Yunita Puspita Dewi (38), pare diolah menjadi kudapan yang gurih dan enak.

Warga Jalan Kebo Iwa, Padangsambian, Denpasar, itu mengolah sayuran itu menjadi keripik pare crispy.

Dewi tak menyangka olahan parenya itu diminati pasar. Ia tak sengaja terjun ke usaha itu.

Awalnya, Dewi merawat sejumlah anggota keluarga yang menderita diabetes. Anggota keluarganya itu disarankan mengonsumsi pare.

Baca juga: Kesulitan Cari Tanaman Hias, Pensiunan TNI Ini Minta dari Tetangga, Kini Jadi Pemasok 10 Kios

Setiap hari, Dewi memasak pare demi kesehatan keluarganya. Tetapi, lama-kelamaan Dewi bosan karena terus memasak pare dengan cara ditumis.

Ia pun mencoba membuat pare crispy. Potongan pare dicampur dengan tepung lalu digoreng.

Ternyata, kudapan yang dibuatnya itu digemari keluarganya. Sebab, rasa pahit pare berkurang dan terasa renak.

Ia pun mencoba menawarkan olahan pare crispy itu di media sosial. Respon yang didapat sangat baik, pesanan mulai berdatangan.

"Saya coba jualan online, ternyata respons bagus. Teman beli banyak dibawa pulang kampung jadi oleh-oleh," katanya ditemui di pameran UMKM Kota Denpasar di lantai bawah Duta Plaza, Denpasar, Selasa (24/11/2020).

 

Bermodal Rp 250.000

Dewi menceritakan, usaha yang digelutinya sejak enam bulan lalu itu dirintis dengan modal Rp 250.000. Uang itu digunakan membeli bahan seperti tepung, pare, dan peralatan penggorengan.

Saat itu, ia hanya bisa memproduksi keripik pare crispy sebanyak satu kilogram per hari.

Usahanya terus berkembang seiring berjalan waktu. Kini, ia bisa menghasilnya empat kilogram keripik dalam sehari. 

Dewi mengaku, ia bisa mengantongi omzet sebesar Rp 7 juta hingga Rp 10 juta dalam sebulan.

Keripik pare crispy olahannya dipasarkan secara online. Sebagian besar pelanggannya masih berada di Pulau Bali.

Baca juga: Ada yang Menyangka Kami Sudah Gila karena Nekat Jual Keripik Berbahan Batang Pisang

Namun, ada beberapa pelanggan dari Surabaya dan Malang.

Keripik itu dijual seharga Rp 15.000 hingga Rp 25.000 tergantung rasa dan ukuran. Saat ini, keripiknya memiliki beberapa varian, seperti original, balado, dan barbeku.

Cara mengolah

Dewi juga berbagi cara pengolahan keripik pare tersebut. Awalnya, pare dipotong bulat dan tipis dan dikeluarkan isinya.

Setelah dicuci, pare direbus untuk menghilangkan rasa pahitnya.

 

Setelah itu, pare dimasukkan ke dalam adonan tepung yang diraciknya sendiri. Pare lalu digoreng hingga kering.

Setelah itu, pare dimasukan ke mesin spinner untuk menghilangkan kandungan minyak setelah digoreng.

"Proses penggorengan juga dilakukan tiga kali penyaringan dan digunakan spinner menghilangan kadar minyak," katanya.

Baca juga: Cerita Uus, Lulusan SD yang Sukses berkat WFH dan Tanaman Hias

Setelah itu, pare tersebut dimasukkan ke dalam oven agar teksturnya lebih renyah.

"Saya mencampur beberapa tepung dan ditemukan komposisi rasa yang pas dan memadukan dengan parenya," jelas Dewi.

Dewi menambahkan, dari sejumlah literatur yang dibacanya pare memiliki sejumlah khasiat seperti menurunkan kolesterol, darah tinggi dan menurunkan kadar gula dalam tubuh.

Sehingga selain enak dijadikan kudapan, pare crispy buatannya punya banyak manfaat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com