Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendapat Berkah dari Hidroponik Barokah

Kompas.com - 31/10/2020, 17:44 WIB
Jaka Hendra Baittri,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

JAMBI, KOMPAS.com - Sore hari Linda mampir ke Hidroponik Barokah bersama suaminya.

Sesampainya di gerai hidroponik tersebut, dia melihat-lihat dulu dari luar rumah kaca.

"Banyak yang beli ya hari ini," kata Linda setelah melihat banyak lubang kosong di talang air yang jadi media tanam sayuran hidroponik ini.

Baca juga: 88 Genetical Farm, Pencetak Ikan Cupang Kontes Standar Internasional

Lalu, dia masuk ke ruang working space yang juga dijadikan ruang untuk menimbang sayur dan pembayaran.

Dia diberikan topi anyaman resam agar tidak panas dan diberikan keranjang.

Selanjutnya, dia masuk ke rumah kaca dan melihat-lihat tanaman yang mau dibelinya.

Dia mengambil selada dan beberapa tanaman lain. Beberapa netpot diletakannya dalam keranjang.

Baca juga: Cendera Mata Lapik Koto Dian, dari Kursi Depati hingga Pelaminan

Dia berkeliling melihat apa saja yang kira-kira bisa dibelinya lagi.

Selayaknya di supermarket, Linda mengambil beberapa netpot sawi, seledri dan pakcoy.

Setelah itu, dia keluar rumah kaca, kembali ke depan ruang pembayaran.

Linda memberikan tanaman itu pada ibu-ibu yang akan membersihkan tanamannya dan mengemasnya dengan plastik.

Yarma (57), salah seorang ibu yang ikut mengelola Hidroponik Barokah menarik tanaman tersebut dari wadahnya. Lalu dia menggunting akar-akarnya dan dibersihkan.

Selanjutnya, Suryanti (40) yang juga merupakan rekan Yarma ikut mengelompokkan sayuran tersebut dan kemudian dikemas dengan plastik.

Sayur-sayuran yang telah diplastik tersebut kemudian dibawa ke dalam ruangan kasir untuk ditimbang dan plastiknya direkatkan agar tertutup rapat.

Setelah dihitung berat dan harga sayur, Linda kemudian melakukan pembayaran.

 

Pengunjung memilih sayuran hidroponik di gerai hidroponik barokah kenali atas Kota Jambi. Gerai ini adalah damoingan Pertamina EP Jambi.KOMPAS.com/JAKA HB Pengunjung memilih sayuran hidroponik di gerai hidroponik barokah kenali atas Kota Jambi. Gerai ini adalah damoingan Pertamina EP Jambi.
Uang hasil penjualan tersebut nantinya akan kembali ke pengelola, yaitu 13 ibu dan 3 bapak yang merupakan warga sekitar.

Linda kemudian pamit pulang dengan ibu-ibu pengelola.

Senin (5/10/2020) ini adalah ketiga kalinya Linda berbelanja di sini.

Kebetulan rumahnya tidak jauh dari gerai ini, di Pal Enam, dekat kantor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Jambi.

"Sayurnya di sini bersih dan juga sehat. Organik juga kan. Senang beli di sini," kata Linda yang bekerja sebagai guru sekolah dasar negeri di Kota Jambi ini.

Baca juga: Kisah Tenun Cual Khas Bangka, Meredup karena Perang Dunia

Dia mengetahui gerai ini dari keluarganya. Setelah tahu, dia langsung berbelanja di situ.

Membantu pendapatan warga

Hidroponik Barokah ini merupakan usaha dampingan dari Pertamina EP Jambi.

Para ibu-ibu di kawasan Kenali Atas kemudian memberdayakan fasilitas yang diberikan oleh Pertamina tanpa harus membayar apa pun pada perusahaan milik negara itu.

Hasilnya pun untuk para ibu-ibu yang bekerja di Hidroponik Barokah ini.

Beberapa ibu yang ikut mengelola mendapatkan tambahan biaya untuk rumah tangga mereka.

Sebagian dari mereka ada yang tingkat ekonominya menengah ke bawah.

Seperti Poniyem misalnya.

Perempuan berusia 40-an tahun tersebut sekali seminggu bekerja membantu mencuci atau menyetrika di rumah warga.

Sementara, suaminya bekerja sebagai tukang ojek.

Bekerja di gerai ini menurutnya sangat membantu menambahkan pendapatan keluarganya.


Selain itu, ada pula Deslinda yang sehari-hari sebagai ibu rumah tangga.

"Ada bantu tambahan uang belanja dan ketika beli sayur di situ juga kita dapat diskon," kata dia.

Setiap ibu-ibu setidaknya bisa mendapat ratusan ribu rupiah dari penjualan sayur apabila sedang ramai.

Namun, menurut Rosita yang mengoordinasi ibu-ibu setempat, dua bulan ini sayur hidroponik mereka selalu habis.

Dia mengatakan, kini ada 12 ibu yang bekerja di sana.

Rosita mengatakan, hasil dari penjualan ada yang disisakan untuk pembelian bibit dan pupuk.

Selain itu juga disisihkan untuk kas.

"Setelah itu baru dibagi rata untuk semua anggota," kata Rosita.

Sebagai contoh, apabila mendapatkan Rp 6 juta, sejumlah Rp 1 juta digunakan untuk operasional bibit dan pupuk.

"Kemudian, Rp 500.000 digunakan untuk kas dan sisanya dibagikan," ungkap Rosita.

Dia mengatakan, usaha ini masih terus dirintis, sehingga belum bisa berharap cepat mendapat untung besar.

"Apalagi karena corona ini kan, semua serba susah," kata dia.

Dia berharap, para ibu dan bapak yang ikut mengembangkan Hidroponik Barokah ini bisa mandiri sebelum benar-benar dilepas oleh Pertamina.

Latar belakang

CDO Pertamina EP Jambi Field Muhammad Zainul Arifin mengatakan, Hidroponik Barokah ini termasuk program Gerai Energi Pertamina.

“Survei 2018 akhir, dibentuk 2019 dan baru berjalan 2020,” kata dia.

Zainul mengatakan, pihaknya melakukan pemetaan sosial terlebih dahulu di 26 RT di kawasan Kenali Atas ini.

“Kita lihat potensi apa yang dimiliki Kenali Atas dan dari potensi itu kita rembukan dengan beberapa stakeholder dan masyarakat setempat,” kata Zainul.

Selama pemetaan, pihak Pertamina menemukan beberapa orang yang sudah menekuni hidroponik ini.

“Hanya saja ukurannya rumahan. Skalanya tidak besar,” kata dia.

Hal tersebut kemudian menjadi dasar pihaknya membuat grand design.

“Sebenarnya nanti ini akan dikembangkan menjadi tempat edukasi. Jadi harapannya hidroponik ini tidak hanya sekadar untuk berkebun dari sisi ekonomi, tapi juga tempat belajar,” kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com