Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Ibu Tunanetra Dampingi Anak Sekolah Daring Saat Pandemi: Ada Perasaan Waswas...

Kompas.com - 28/10/2020, 07:57 WIB
Rachmawati

Editor

"Seperti PLH (Pendidikan Lingkungan Hidup), kan saya nggak tahu, gambarnya bagaimana. Jadi nanti dikasih tahu sama Aksa. Ngejelasinnya pelan-pelan.

"Yang dijelasin ke mama, seringnya pelajaran tematik, terus gambar. Kayak gambar kiloan (timbangan) sama misalnya gambar ayam. Ayamnya lagi apa, nanti dijelasin," tutur Aksa

Matematika memang jadi pelajaran yang sulit bagi Popon.

Baca juga: Kisah Nenek Tunanetra Hidup Sendiri,Tak Bisa Makan, Tak Pernah Dapat Bantuan

"Yang sama sekali nggak bisa terbayang itu proses perkalian sama pembagian (dengan cara bersusun), karena kan belum ada pengalaman ngerjain pakai (cara) itu.

"Kalau di braille nggak ada perkalian dengan (cara) kayak gitu. Itu yang nggak punya pengalaman visual karena kan dulu belajar perkalian dan pembagian itu kelas empat, kalau sekarang kelas tiga sudah (belajar).

"Kelas empat, saya sudah (buta) total, nggak bisa lihat," paparnya.

Baca juga: Google Perkenalkan Keyboard Braille di Android untuk Tunanetra

Setelah buta total, Popon melanjutkan pendidikan di sekolah luar biasa (SLB). Di sekolah barunya itu, Popon belajar dengan metode yang jauh berbeda.

"Kalau ke anak tunanetra harus jauh lebih konkret, pakai perabaan, kalau anak-anak nondisabilitas bisa lihat contoh dari guru. Karena sudah masuk SLB, guru menerangkannya pakai benda, misalkan dikasih lidi 20 buah, coba dibagi empat bagian sama, jadi ada berapa."

"Nah begitu cara menghitung (pembagiannya), jadi (berhitung pembagian cara nondisabilitas) nggak terbayang. Kalau penjumlahan sama pengurangan sih masih terbayang, soalnya di braillenya juga ada," ujar Popon.

Baca juga: Dilipat Beda Arah, Cara Difabel Tunanetra Kenali Nominal Rupiah

Kendala lainnya

Kendala lainnya, foto. Selama PJJ, orang tua murid wajib menyetorkan dokumentasi kegiatan belajar daring anaknya, berupa foto.

"Bagi Popon relatif susah, meski dibantu dengan screen reader yang terpasang di telepon genggamnya. Sering kali hasil fotonya tidak sempurna, sehingga harus beberapa kali mengambil gambar.

"Sementara untuk foto tugas sekolah, Popon serahkan kepada Aksa. Foto dokumentasi Aksa lagi belajar itu, aku bisa. Tapi fotonya nggak sesempurna orang lain yang bisa ambil fotonya dari [angle] mana saja.

Baca juga: Anak Stres Belajar Daring? Ini Saran Psikolog untuk Mencegahnya

"Saya datar saja sesuai dengan panduan dan arahan dari handphone atau kadang dipaskan sama Aksa. Nanti hasilnya dilihatin ke Aksa.

"Kadang pensilnya nggak terfoto, harus diulang tiga sampai empat kali foto, sampai Aksa bilang bagus," kata Popon.

Selama PJJ ini, Popon mengaku tidak mendapat kelonggaran dari sekolah, perlakuannya sama saja dengan orang tua murid lainnya.

Meski demikian, Popon berharap, anaknya bisa bersaing dengan teman-teman sekelasnya, walaupun dibimbing oleh orang tua tunanetra.

Baca juga: Siswi Bunuh Diri Diduga Depresi karena Tugas Sekolah Daring, KPAI Surati Kemendikbud

Sejauh ini, menurut Popon, Aksa mampu mengikuti pelajaran, bahkan mendapat nilai yang cukup bagus.

"Mudah-mudahan sih dengan usaha optimal saya, setidaknya Aksa enggak di depan teman-temannya juga enggak apa-apa. Setara dengan teman-temannya juga sudah Alhamdulillah," ujar Popon.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com