Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Erupsi Merapi 10 Tahun Lalu, Pandu Kenang Saat Terobos Hujan Abu untuk Antarkan Oksigen

Kompas.com - 28/10/2020, 05:15 WIB
Wijaya Kusuma,
Khairina

Tim Redaksi

Sebab sebelum dirinya, ada orang yang sudah datang untuk membantu evakuasi.

"Yang ke sana pertama mau menolong keluarga Pak Ponimin, Pak Tris dan satu orang lagi. Pak Tris itu duluan mau membantu mengevakuasi," ucapnya.

Ternyata sebelum Pandu naik ke rumah Pak Ponimin, ada tim dengan menggunakan mobil naik untuk mengevekuasi.

Namun karena kondisi jalan yang tertutup pasir panas dan mobil tersebut sudah penuh dengan warga yang dievakuasi, diputuskan untuk turun.

"Malam itu ada yang naik dengan mobil, ternyata itu yang saya lihat bekas ban mobil itu. Tapi karena mobil sudah full, bannya tipis, tidak berani karena ditakutkan (ban) meletus akhirnya turun dengan membawa warga sedapatnya, nah yang ditinggal di lokasi Pak Tris dan satu orang pemuda," tuturnya.

Baca juga: Intensitas Kegempaan Gunung Merapi Meningkat, Status Masih Waspada

Pandu akhirnya terpaksa meninggalkan motornya di depan rumah Pak Ponimin. Ia bersama Pak Tris dan satu orang lagi, dengan keluarga Pak Ponimin berjalan kaki menuju ke bawah.

Karena ada salah satu keluarga Pak Ponimin yang hanya memakai sandal, Pandu lantas menawarkan untuk mengendong.

"Bu Ponimin itu hanya pakai sandal biasa, saya menawarkan diri, pun Bu saya gendong (sudah Bu saya gendong) saja, enngak papa saya pakai sepatu kok. Sudah, saya gendong jalan turun," ujarnya.

Menurutnya karena pasir tebal dan panas, saat itu rombongan berjalan dengan cara menaruh beberapa benda.

Mereka satu persatu berjalan di atas barang-barang yang diletakan di jalan sebagai alas. Setelah itu barang diambil dan diletakkan di depan kembali untuk pijakan.

Sebab, tidak mungkin berjalan dengan menginjakan kaki di atas debu vulkanik karena panas.

"Saya ingat yang posisi di belakang sendiri Pak Tris, kita jalan secara estafet. Jadi melangkah dengan menginjak benda yang bisa diinjak agar kaki tidak terbakar, jadi benda-benda itu di estafet, ya berjalan kurang lebih 1 kilometer," jelasnya.

Selama perjalanan itu, menurut Pandu masih terdengar suara guguran-guguran material di Gunung Merapi. Pandu mengaku sepanjang perjalanan itu hanya bisa pasrah dan terus berdoa agar diberikan keselamatan.

"Malam itu saya pasrah lah, saya berdoa-berdoa sepanjang jalan," ungkapnya.

Selangkah demi selangkah mereka akhirnya mereka sampai di pertigaan Kali Adem.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com