Pria itu merancang berbagai motif yang unik dan menarik sehingga tidak ketinggalan zaman.
Untuk membuat aneka motif ia banyak mencari referensi di internet, majalah, kemudian dimodifikasi.
Motif yang dirancang pun terkadang dipadukan dengan gaya etnik daerah tertentu.
Saat ini tas tersebut banyak dijadikan sebagai suvenir dan fashion.
“Tas anyaman plastik mulai trending setelah tas merk Hermes mengeluarkan model tas anyaman plastik. Kemudian model tas seperti itu banyak diburu warga mulai dari Makassar hingga Bali,” kata Budi.
Di masa pandemi Covid-19, tas anyaman plastik yang paling banyak diburu adalah tas fashion. Dalam satu bulan, penjualan tas fashionnya diatas 1.000 unit.
Selain menjual secara online, Budi juga sudah memiliki langganan retil besar seperti Transmart dan My Keranjang. Ia juga melayani warga yang membeli langsung ke rumahnya.
Ayah tiga anak ini mengaku omzet penjualan tas mencapai belasan juta per bulan, jauh lebih banyak dibandingkan dengan gajinya sebagai pegawai di perusahaan.
Pembeli dari kalangan pejabat
Kebanyakan pembeli tas Budi di wilayah Kota Madiun berasal dari kalangan pejabat. Salah satunya Wakil Wali Kota Madiun Inda Raya.
Budi mengakui karya tas anyaman plastik banyak dijual dengan harga dua hingga tiga kali lipat di toko dan etalase.
Ia mencontohkan harga tas anyaman plastiknya di Jakarta dijual hingga Rp 300.000.
Padahal tas itu dibeli dari dirinya hanya Rp 100.000. Biasanya penjual memberikan tambahan pita dan menaruh tas di etalase bagus sehingga terlihat elegan.
Berdayakan 200 IRT
Sukses Budi berusaha tas anyaman plastik didukung dari keberhasilannya memberdayakan 200-an ibu rumah tangga.