Salin Artikel

Kisah Azhar Tinggalkan Perusahaan Telekomunikasi demi Jualan Tas Keranjang Pasar, Omzetnya Menggiurkan

Di tangan Budi, tas anyaman plastik yang dulu dikenal sebagai tas keranjang pasar kini berubah fungsi.

Tas plastik anyaman besutan Budi dengan brand My Keranjang kini menjadi tas fashion.

Bahkan tas ini tak hanya beredar di kota-kota besar di Indonesia. Sarjana elektro itu sukses mengekspor tasnya.

“Untuk ekspor sudah sampai ke Jepang, Korea, Eropa, Amerika, Belanda, dan Malaysia. Ke Belanda kami pernah mengirim 18.000 tas anyaman plastik,” kata Budi yang ditemui Kompas.com, Kamis (15/10/2020).

Banyaknya warga yang membeli tas tersebut bukan hanya karena bentuknya yang unik dan modis, tapi juga harganya yang murah.

Kisah sukses Budi berjualan tas anyaman plastik bermula saat ia iseng mengunggah tas-tasnya itu di blog pribadi saat masih bekerja di perusahaan telekomunikasi.

Berbagai model tas anyaman plastik laris manis dibeli rekan kerja dan kolega.

Melihat peluang yang besar akhirnya Budi memutuskan keluar dari perusahaan pada tahun 2013.

Apalagi tetangganya banyak yang menjadi perajin tas anyaman plastik yang dijual di pasar tradisional.

Bersama istrinya, Nurul, Budi fokus membangun bisnis UMKM tas anyaman plastik yang ramah lingkungan.

Tas buatan Budi tidak berkutat pada tas yang dibuat untuk belanja ke pasar saja. Pria lulusan sarjana elektro Universitas Negeri Malang itu membuat inovasi baru.

Berbekal referensi aneka model tas di internet dan majalah, Budi menciptakan tas anyaman plastik yang modis dengan harga terjangkau.

Tak hanya itu ia juga membuat aneka kotak keranjang dari anyaman plastik.

Satu tas anyaman dijual mulai dari Rp 4.000 hingga Rp 100.000. Meski harganya murah, tetapi desain tas anyaman plastik tidak murahan.

Pria itu merancang berbagai motif yang unik dan menarik sehingga tidak ketinggalan zaman.

Untuk membuat aneka motif ia banyak mencari referensi di internet, majalah, kemudian dimodifikasi.

Motif yang dirancang pun terkadang dipadukan dengan gaya etnik daerah tertentu.

Saat ini tas tersebut banyak dijadikan sebagai suvenir dan fashion.

“Tas anyaman plastik mulai trending setelah tas merk Hermes mengeluarkan model tas anyaman plastik. Kemudian model tas seperti itu banyak diburu warga mulai dari Makassar hingga Bali,” kata Budi.

Di masa pandemi Covid-19, tas anyaman plastik yang paling banyak diburu adalah tas fashion. Dalam satu bulan, penjualan tas fashionnya diatas 1.000 unit.

Selain menjual secara online, Budi juga sudah memiliki langganan retil besar seperti Transmart dan My Keranjang. Ia juga melayani warga yang membeli langsung ke rumahnya.

Ayah tiga anak ini mengaku omzet penjualan tas mencapai belasan juta per bulan, jauh lebih banyak dibandingkan dengan gajinya sebagai pegawai di perusahaan.

Pembeli dari kalangan pejabat

Kebanyakan pembeli tas Budi di wilayah Kota Madiun berasal dari kalangan pejabat. Salah satunya Wakil Wali Kota Madiun Inda Raya.

Budi mengakui karya tas anyaman plastik banyak dijual dengan harga dua hingga tiga kali lipat di toko dan etalase.

Ia mencontohkan harga tas anyaman plastiknya di Jakarta dijual hingga Rp 300.000.

Padahal tas itu dibeli dari dirinya hanya Rp 100.000. Biasanya penjual memberikan tambahan pita dan menaruh tas di etalase bagus sehingga terlihat elegan.

Berdayakan 200 IRT

Sukses Budi berusaha tas anyaman plastik didukung dari keberhasilannya memberdayakan 200-an ibu rumah tangga.

Mereka mendapatkan pemasukan dari Budi dengan bekerja menganyam potongan plastik menjadi tas yang menarik.

“Kami memberdayakan lingkungan. Kami potong bahan, kemudian orang bawa pulang. Dengan demikian ibu-ibu sambil ngurus keluarga punya sambilan dan pemasukan,” kata Budi

Namun, sebelum menganyam, ibu-ibu diajari membuat motif dan bentuk tas plastik yang akan dianyam.

Tak membutuhkan waktu lama, ibu-ibu rumah tangga cepat belajar dan menyesuaikan.

Satu bulan seorang ibu rumah tangga bisa mendapatkan pemasukan Rp 400.000. Uang itu bisa digunakan untuk membantu mencukupi kebutuhan makan sehari-hari.

“Di era pandemi, banyak ibu rumah tangga di desa tertolong dengan membuat tas anyaman plastik. Meski di rumah mereka tetap mendapatkan penghasilan yang bisa mencukupi kebutuhan makan dan minum,” jelas Budi.

Untuk mengembangkan bisnisnya, Budi ke depan akan menjual aneka tasnya di satu toko tersendiri yang lokasinya strategis.

Sementara itu Wakil Wali Kota Madiun Inda Raya yang dihubungi terpisah mengaku meski harganya murah, tapi tas anyaman plastik milik Budi terlihat mewah dan ramah lingkungan.

“Tasnya hore murah meriah dan mewah,” kata Inda.

Untuk mempercantik tas anyaman plastik, Inda menambahkan ikatan syal sehingga terlihat elegan.

“Kalau pakai tas ini makin percaya diri dan bangga karena buatan lokal Kota Madiun,” ungkap Inda.

Saat ini Inda memiliki tujuh koleksi tas anyaman plastik buatan Budi. Tas anyaman itu sering dipakainya saat bekerja maupun menghadiri hajatan.

https://regional.kompas.com/read/2020/10/16/10361501/kisah-azhar-tinggalkan-perusahaan-telekomunikasi-demi-jualan-tas-keranjang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke