Lansia mungil ini bisa menyelesaikan lima kerangka layang-layang dengan ukuran sekitar dua meter dan tiga layang-layang ukuran yang lebih kecil setiap hari.
Musim tahun ini, dia mengaku sudah menghabiskan bambu satu mobil dan lem enam blek atau setara 60 kilogram.
“Paling gedhe (layangan) patang (empat) meter, kuwi ukuran sayape. Layangan gedhe kuwi dipundhut ngangge truk, tiyang saking Kenteng Kidul,” kata Waqirin menjelaskan bagaimana dia tidak jarang membuat layangan dengan lebar sayap empat meter.
Baca juga: Gara-gara Benang Layangan, Listrik di Wonogiri Padam 3,5 Jam
Belum lama, katanya, dipesan seorang warga dari Kenteng Kidul di Kapanewon Nanggulan.
Berkah besar bagi Waqirin. Penghasilan dari membuat layang-layang itu cukup lumayan.
Mayoritas pesanan berupa layangan gapangan dengan bentuk bawahan pegon.
Harganya beragam, misal untuk ukuran dua meter seharga Rp 50.000 dan ukuran besar sekitar empat meter bisa tembus Rp 150.000.
Selain untuk penghidupan sehari-hari, dia mengaku hasil dari membuat layangan ini bisa untuk menabung.
Setelah sekian lama, dia pun bisa menambah modal bagi usahanya yang lain, kerajinan bambu, dan merpati.
Bahkan bersama-sama saudaranya, mereka bisa membeli sapi.
“Seko turahan jajan, rasah duwur-duwur (dikumpulkan dari sisa uang belanja, tidak usah tinggi-tinggi),” kata Waqirin.