Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tertipu di Malaysia, Syamsuddin 8 Hari Jalan Kaki Menyusuri Hutan Krayan, Berbekal Air, Garam, dan Vetsin

Kompas.com - 25/09/2020, 06:03 WIB
Ahmad Dzulviqor,
Khairina

Tim Redaksi

NUNUKAN, KOMPAS.com – Teriakan dan tangisan haru penuh syukur langsung menyeruak saat Syamsuddin (51) menelepon istrinya, Nursiah, mengabarkan bahwa ia selamat dan baik-baik saja setelah sekitar delapan hari hilang di Hutan Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.

"Sekeluarga kasihan kami menangis mi, bersyukur sekali dia selamat, setiap hari itu kami menangis takut kenapa kenapa dengan dia (Syamsuddin) karena jalan kaki kasihan dari Malaysia lewat hutan di Krayan," ujar Nursiah saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Kamis (24/9/2020).

Rabu, 23 September 2020 sekitar pukul 19.00 Wita, adalah kali pertama Syamsuddin menghubungi keluarganya di Makassar untuk mengabarkan bahwa ia diselamatkan oleh penduduk Ba’rio Krayan yang tengah beraktivitas di dalam hutan.

Baca juga: Paslon Positif Corona, KPU Nunukan Hanya Tetapkan Satu Calon Bupati

Sejak sadar menjadi korban penipuan di Lawas Malaysia, Syamsuddin nekat kembali ke Krayan, lokasi kerjanya selama ini.

Menurut Nursiah, suaminya sudah sekitar sembilan tahun menjadi pemborong bangunan di Krayan dan cukup dikenal luas masyarakat setempat sebagai tukang bangunan yang mumpuni.

"Kami sekeluarga sujud syukur, terima kasih ya Allah Engkau kasih dia selamat, sejak dia hilang, anak-anak selalu menelepon ndak tersambung, cari di internet info orang hilang dan lihat berita tidak pernah jumpa kabar dia. Makanya, begitu dia menelepon, kami semua menangis kasihan,’’tutur Nursiah.

Sejak mendapat kerja di Krayan, Syamsuddin jarang sekali pulang kampung. Ia hanya rutin mengirimkan uang untuk kebutuhan hidup keluarga dan membiayai dua anaknya yang masih sekolah di SD dan SMP.


Berbekal air mineral, vetsin, dan garam

Nursiah dengan sesenggukan akibat menangis haru menceritakan, suaminya hanya berbekal satu botol besar air mineral, garam, dan vetsin.

Tidak ada uang yang dia terima, padahal sudah lebih dari sebulan ia bekerja di Malaysia sebagai tukang bangunan.

Bahkan untuk makan sehari-hari, ia juga sering tidak diupah. Padahal, tukang bangunan sistem borong, pasti selalu ada uang perjanjian atau memegang uang muka sebagai tanda persetujuan.

"Kemarin dibodok-bodoki (bahasa Makassar yang artinya diperdaya) saja kasihan sama orang. Itulah dia kasih kabar mau kembali ke Krayan, jalan kaki lewat hutan, sudah saya larang dia. Nah, bagaimana kalau dia tidak ada mi pegang uang kasihan," lanjut Nursiah.

Baca juga: Rutan Polres Nunukan Penuh Sesak, Tahanan Terpaksa Tidur Bergiliran Tiap Dua Jam

Saat lapar, Syamsuddin hanya menaburkan garam atau vetsin ke lidahnya, kemudian meminum air yang dibawanya.

Dia tidak menemukan tanaman buah atau hewan yang bisa dimakan saat menyusuri kedalaman Hutan Krayan.

"Jadi dia rasa-rasa saja itu garam dan vetsin. Nah, hanya itu saja dia bawa bekal, tidak ada dia bilang jumpa pohon buah, hewan juga tidak ada dijumpa selama jalan kaki berapa malam itu," tambahnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com