BLORA, KOMPAS.com - Semangat tinggi gadis penyandang disabilitas, Alenda Primavea Dewi (11) untuk menuntut ilmu patut diapresiasi.
Meski hidup dengan keterbatasan fisik tidak menyurutkan Vea, sapaannya, untuk tetap menempuh pendidikan.
Sayang keinginan kuat Vea untuk terus melanjutkan ke pendidikan formal urung terlaksana karena sejumlah sekolah dikabarkan menolaknya secara halus.
Baca juga: Ganjar Sebut Kabupaten Brebes Paling Rendah Gelar Tes Covid-19
Vea adalah anak ketiga putri pasangan Gimin dan Adin Puji Utami.
Bapaknya, Gimin, bekerja sebagai buruh bangunan dan selama empat tahun ini tinggal mengontrak di Kelurahan Bangkle, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Adin Puji Utami, Ibunda Vea, menyampaikan, tulang kaki Vea mengalami kelainan sejak bayi yang berujung tak bisa digerakkan.
Jangankan berjalan, berdiri saja Vea tidak mampu.
Vea sendiri lahir prematur saat usia kandungan ibunya enam bulan dua minggu.
Dia pun harus masuk inkubator selama dua pekan hingga akhirnya diperbolehkan pulang oleh pihak Rumah Sakit.
Baca juga: Agar Tak Muncul Klaster HUT RI, Ganjar Minta Perayaan Digelar secara Virtual
Saat itu Dokter sudah mewanti-wanti jika anak yang lahir secara prematur kemungkinan terburuk akan menderita gangguan fisik atau mental.
"Sejak bayi Vea sakit-sakitan. Dan dokter sudah memperingatkan jika anak prematur akan alami gangguan fisik atau mental," kata Adin Selasa (11/8/2020).
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.