INDRAMAYU, KOMPAS.com - Musim panen bagi warga Indramayu, Jawa Barat, adalah waktu yang sangat ditunggu.
Musim panen bukan sekadar soal menuai hasil.
Pada saat itu, masyarakat Indramayu akan melaksanakan tradisi warisan leluhur, yakni mengelilingi batas desa dengan berjalan kaki.
Baca juga: Diyakini dari Kerajaan Siluman, Kepala Buaya Raksasa Dipotong
Perangkat desa dan masyarakat akan melakukan tradisi ini.
Desa Juntiweden, Juntinyuat, Juntikebon, Juntikedokan dan Segeran Lor, Indramayu.
Kelima desa itu secara tradisi mempertahankan adat tersebut.
Bahkan, pada September 2020 yang akan datang, ketika padi sudah menguning dan dipanen, warga akan keliling batas desa.
Tradisi mengelilingi batas atau tapal desa bagi lima desa ini wajib dilakukan tiap tahun.
Baca juga: Diduga Gagalkan Penangkapan Buronan oleh BNNK, Kepala Dusun Ditangkap
Bahkan setiap selesai panen, tradisi tersebut harus dikembangkan terutama oleh pejabat desa.
Apabila pejabat desa tidak melaksanakan tradisi tersebut, pejabat desa dan masyarakat diyakini akan mendapat tulah, atau kondisi bahaya dari para leluhur.
Pejabat desa dan masyarakat yang ikut tradisi ini wajib memakai pakaian serba hitam.
Masyarakat setempat menyebut pakaian ini Komboran.
"Jadi pakaiannya dulu bukan seperti sekarang berwarna cokelat, melainkan berwarna hitam.
Karena itulah, saat melaksanakan tradisi keliling batas desa menggunakan pakaiannya serba hitam," ujar Sekertaris Desa Windi Priyatna saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (6/8/2020).