Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Kaki Mengelilingi Batas Desa, Tradisi Unik Masyarakat Indramayu

Kompas.com - 07/08/2020, 07:00 WIB
Kontributor Majalengka, Mohamad Umar Alwi,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

INDRAMAYU, KOMPAS.com - Musim panen bagi warga Indramayu, Jawa Barat, adalah waktu yang sangat ditunggu.

Musim panen bukan sekadar soal menuai hasil.

Pada saat itu, masyarakat Indramayu akan melaksanakan tradisi warisan leluhur, yakni mengelilingi batas desa dengan berjalan kaki.

Baca juga: Diyakini dari Kerajaan Siluman, Kepala Buaya Raksasa Dipotong

Perangkat desa dan masyarakat akan melakukan tradisi ini.

Desa Juntiweden, Juntinyuat, Juntikebon, Juntikedokan dan Segeran Lor, Indramayu.

Kelima desa itu secara tradisi mempertahankan adat tersebut.

Bahkan, pada September 2020 yang akan datang, ketika padi sudah menguning dan dipanen, warga akan keliling batas desa.

Tradisi mengelilingi batas atau tapal desa bagi lima desa ini wajib dilakukan tiap tahun.

Baca juga: Diduga Gagalkan Penangkapan Buronan oleh BNNK, Kepala Dusun Ditangkap

Bahkan setiap selesai panen, tradisi tersebut harus dikembangkan terutama oleh pejabat desa.

Apabila pejabat desa tidak melaksanakan tradisi tersebut, pejabat desa dan masyarakat diyakini akan mendapat tulah, atau kondisi bahaya dari para leluhur.

Pejabat desa dan masyarakat yang ikut tradisi ini wajib memakai pakaian serba hitam.

Masyarakat setempat menyebut pakaian ini Komboran.

"Jadi pakaiannya dulu bukan seperti sekarang berwarna cokelat, melainkan berwarna hitam.
Karena itulah, saat melaksanakan tradisi keliling batas desa menggunakan pakaiannya serba hitam," ujar Sekertaris Desa Windi Priyatna saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (6/8/2020).

 

Perjalanan kelilingi batas atau tapal desa lebih kurang memakan waktu 9 jam.

Perjalanannya menerobos semak-semak, serta terjun ke sungai sebagai bentuk pengawasan terhadap batas atau tapal desa.

Menurut Windi, hal itu dilakukan untuk mengecek apakah batas wilayah desa dicaplok oleh desa lain.

Jalan kaki kelilingi batas desa, tradisi unik masyarakat Indramayu setelah musim panen.KOMPAS.com/ALWI Jalan kaki kelilingi batas desa, tradisi unik masyarakat Indramayu setelah musim panen.
Simbol pemimpin yang merakyat

Selain sebagai tradisi, keliling batas desa juga mempunyai makna penting.

Kegiatan ini merupakan simbol bahwa seorang pemimpin harus merakyat.

Sebab, saat keliling batas desa, para pemimpin juga akan menemui banyak masyarakat.

Pada saat itulah pemimpin mengetahui kondisi masyarakatnya.

Baca juga: Kisah Cadas Pangeran, Jalan Legendaris yang Menelan Korban Ribuan Jiwa

Salah satu pejabat Desa Juntiweden lainnya menjelaskan bahwa tradisi tersebut memiliki dampak positif.

Baginya, tradisi ini menyadarkan pentingnya melayani masyarakat dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab.

Selama menjadi pejabat desa, tiap tahun dirinya mengikuti tradisi atau kegiatan tersebut.

"Karena itu lah saya menyukai budaya dan sejarah, sebab dengan keduanya akan bisa tahu sesungguhnya," ujar Casmudi selaku Kepala Urusan Perencanaan Desa Juntiweden.

Para peserta akan memutari lahan seluas 577,44 hektar.

Meski jauh, para pejabat di Desa Juntiweden, Indramayu, tanpa lelah mengikuti tradisi leluhur.

Tradisi keliling batas desa dengan berjalan kaki ini akan selalu dinantikan masyarakat, sebab merupakan tradisi yang sakral.

Masyarakat merasa tradisi ini harus tetap dilestarikan tiap tahun, terutama sesudah panen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com