Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Transpuan Menjadi Pejabat Publik di Sikka, Bunda Mayora: Berkatilah Seluruh Kegiatanku

Kompas.com - 04/08/2020, 13:01 WIB
Rachmawati

Editor

Ia pun bergabung dengan komunitas waria di Yogyakarta dan merawat seorang waria tua.

Tapi persoalan ekonomi mendorongnya untuk pergi mengamen, termasuk menjadi pekerja seks transpuan.

"Saya pernah mencari pekerjaan di luar mengamen, tidak bisa. Ya, ampun, ternyata kita waria ini di Yogya susah diterima. Saya lihat lagi banyak ketidakadilan di Yogyakarta, banyak waria yang disakiti di sana."

Pernah saat ketika ia mengamen harus bergelut dengan petugas Satpol PP yang datang hendak menangkap.

Baca juga: Memeras Uang Korban, Waria Gunakan Modus Video Call Seks

"Satu-satunya waria yang berantem fisik dengan Satpol PP itu saya. Saya bilang, kenapa kamu tangkap saya? Tidak tangkap yang tukang korupsi, tidak tangkap yang tukang membunuh. Kami ini waria, ngamen, jual suara, nyanyi," cerita Mayora.

Singkat cerita, pada 2018 Mayora memutuskan kembali ke tanah kelahirannya di Kabupaten Sikka, NTT. Itu pun bukan tanpa penghakiman dari para kerabatnya, yang dulu mengidamkannya menjadi seorang biarawan.

"Ya ampun, dulu berjubah sekarang berdaster dan berdendong (berdandan). Pulang ke rumah semua menghakimi saya. Tapi kan saya tidak nakal, saya tidak buat apa-apa, saya kan cuma dandan. Dandan itu kan sekarang tren," katanya penuh percaya diri.

Baca juga: Motif Pembunuhan Ketua Waria Palembang Terungkap, Pelaku Kesal Dicaci Korban

Mayora dan Fajar Sika membagikan sembako kepada warga terdampak Covid-19 di NTT.dok BBC Indonesia Mayora dan Fajar Sika membagikan sembako kepada warga terdampak Covid-19 di NTT.
Pelan-pelan, Mayora mulai memberikan pengertian tentang waria kepada kerabatnya itu, dan berhasil.

Bukan hanya pada kerabatnya, Ia juga mengajak teman-teman sesama waria di Maumere untuk berkegiatan sosial, mulai dari bimbingan pendidikan pada anak-anak, aktif di kegiatan PKK, sampai menggalang bantuan untuk kelompok minoritas seperti lansia dan disabilitas.

"Ada (ibu) yang cerita, sebelum bertemu dengan Bunda Mayora, kami itu benci sekali dengan waria. Rasanya kami mau makan hidup-hidup, tapi terima kasih Bunda Mayora sudah menjelaskan waria seperti ini," katanya.

Baca juga: Dianggap Meresahkan, Indekos Waria di Cianjur Digerebek Warga

"Saya itu tidak pernah memikirkan untuk jadi laki juga tidak pernah memikirkan untuk jadi waria. Tapi ketika saya dilahirkan kayak begini, mosok saya mau tolak? Justru ketika menolak itu saya merasa berdosa, bersalah. Akhirnya saya menemukan Tuhan pada kewariaanku itu."

Berbekal pengalaman pahit dan pergulatan panjang mencari kesejatian, Mayora kemudian membentuk kelompok doa di komunitas waria dengan nama 'Gembala Baik' yang pada perjalanannya menjadi organisasi Fajar Sikka.

Baca juga: Ketua Waria di Palembang Tewas Dibunuh Kekasih

Lebih didengar saat menjadi pejabat publik

Sejumlah anggota Fajar Sikka melakukan gladi resik pengibaran bendera merah putihdok BBC Indonesia Sejumlah anggota Fajar Sikka melakukan gladi resik pengibaran bendera merah putih
Pada Maret 2020, Mayora menang pemilihan BPD mengalahkan lima rivalnya dari satu dusun.

Salah satunya adalah mantan pejabat daerah di Sikka, Yakobus Regang.

"Jadi waktu kemarin kami kompetisi pemilihan BPD, ada teman yang unggul, saya akui. Sebenarnya, ini kan pilihan oleh rakyat, tetapi bukannya kita kalah lalu harus menghindar," kata Yakobus.

Bentuk dukungan Yakobus saat ini kepada BPD adalah memberikan sumbangsih gagasan terkait pembangunan desa.

Baca juga: Misteri Pembunuhan Ketua Waria Palembang, Dugaan Pelaku Orang Dekat hingga Hilangnya Harta Korban

"Pertemuan-pertemuan untuk membicarakan tentang pembangunan desa dengan BPD, dengan masyarakat, saya selalu hadir," katanya.

Saat pemilihan BPD, dukungan untuk Mayora lebih banyak datang dari kalangan ibu-ibu.

Salah satunya adalah Yosefina Yasinta.

Bagi perempuan berusia setengah abad ini, Mayora layak jadi pemimpin desa karena pandai berkomunikasi dan dekat dengan anak-anak.

"Karena suka cara omongnya. Dia selalu sering dengan anak-anak, sering datang, kasih pelajaran ini lagi," kata Yosefina.

Baca juga: Barang Waria Korban Pembunuhan di Palembang Hilang

Sementara itu, mantan biawaran ini juga masih mendapat tempat bagi tokoh agama setempat.

Pemuka agama Katolik, Romo Patrick Darsamugro mengatakan keberadaan transpuan di tengah masyarakat tak dapat ditolak 'karena menjadi bagian dari Tuhan'.

"Kalau dia dilahirkan dengan keadaan yang baik, kenapa tidak kita menerima dia. Kita menjadikan dia menjadi bagian dari komunitas, hidup bersama di tengah masyarakat," katanya.

Sementara itu, seorang pemuka agama Islam di sana, Ahmadun Usman Thayyib mengakui toleransi di lingkungan masyarakat Sikka sangat tinggi.

Baca juga: Lomba Busana Waria Mendadak Dibubarkan Polisi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com