Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Transpuan Menjadi Pejabat Publik di Sikka, Bunda Mayora: Berkatilah Seluruh Kegiatanku

Kompas.com - 04/08/2020, 13:01 WIB
Rachmawati

Editor

Di Fajar Sikka, kelompok transpuan biasa berkumpul membicarakan masalah mereka sendiri dan masyarakat. Mereka kemudian bersama-sama mencari solusi, dan mengambil tindakan.

Sebelum berangkat kerja ke Kantor Desa Habi. Mayora bersolek, menyapu wajah dengan bedak, dan lipstik merata di bibir.

Ia kembali mengingat masa kecilnya, saat pertama kali menggunakan lipstik.

Saat itu, ia menggunakan pemerah bibir secara sembunyi-sembunyi dari patahan batang lipstik milik kakak perempuannya.

Baca juga: Ini Alasan YouTuber Ferdian Paleka Bikin Video Prank untuk Waria

"Yang sisa-sisa itu, lipstik batangan, yang sudah patah, cungkil pakai lidi," katanya sambil tertawa geli.

Sudah make up. Sudah wangi. Sudah berpakaian rapi. Mayora menancap gas sepeda motornya ke kantor Desa Habi.

Waktu yang dibutuhkan menempuh kantor desa memakan 10 menit. Tapi selama perjalanan, Mayora beberapa kali mampir ke rumah-rumah warga untuk bertanya kabar, jadinya waktu dihabiskan sekitar 30 menit.

Hari itu, Senin 13 Juli 2020, agenda rapat pengambilan keputusan perubahan anggaran desa untuk bantuan sosial kepada warga terdampak pandemi Covid-19.

Baca juga: Bintang Emon Banjir Pujian Setelah Buat Video Sindiran YouTuber Prank Waria

Disepakati, anggaran desa hampir Rp 100 juta dialokasikan untuk bantuan tunai langsung kepada 105 keluarga.

"Rp 300.000 per keluarga per bulan. Diberikan untuk tiga bulan ke depan," kata Mayora yang sudah bekerja sebagai Wakil Ketua BPD selama dua bulan terakhir.

Selama masa pandemi, dana desa lebih banyak dicurahkan membantu warga yang terdampak: gagal panen, kehilangan pekerjaan, dan kesulitan secara ekonomi.

Hal ini yang membuat Mayora terpaksa menutup sementara buku daftar terobosan kebijakan untuk desanya. Tapi segera, setelah pandemi berlalu, ia berjanji mendorong program usaha perempuan untuk ketahanan pangan.

Sepanjang musim kemarau ini, masyarakat di Sikka yang umumnya bertani banyak mengalami gagal panen. Ketahanan pangan menjadi sorotan Mayora, agar kelompok ibu berdaya di tengah masalah perekonomian.

Baca juga: Prank Paket Sampah ke Waria, Ferdian Paleka Terancam Pasal Penghinaan

Sekretariat Fajar Sikka sekaligus tempat tinggal Mayoradok BBC Indonesia Sekretariat Fajar Sikka sekaligus tempat tinggal Mayora
"Misalnya kita pemanfaatan pekarangan rumah… kenapa kita tidak tanam pisang, pisang itu bisa kuat hidup dan bisa diambil juga pisangnya, untuk konsumsi. Itu untuk pemberdayaan dalam hal pengembangan usaha ketahanan keluarga melalui program Dasa Wisma," kata Mayora.

Dasa Wisma adalah program pemerintah pusat, berisi 10-20 ibu dari keluarga yang bertetangga. Tugasnya, melancarkan program dari kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di tingkat kelurahan.

Melalui program ini juga ia merancang agar kelompok waria dilibatkan dalam aktivitas pemberdayaan masyarakat dengan menjadi pelatih.

"Karena teman-teman punya keahlian di bidang tata rias dan kecantikan. Anak-anak yang mau belajar pangkas rambut, di teman-teman waria," katanya.

Baca juga: Fakta Pelajar Kelas 1 SMK Menjadi Waria, Ditangkap Satpol PP Saat Layani Tamu di Jalanan

Terobosan lainnya adalah memberi nama-nama jalan di Desa Habi yang selama ini, seluruh jalan kecilnya disebut dengan nama yang sama: lorong.

"Kita berada di pinggiran kota ini kok belum ada nama-nama jalan. Lorong ini belum ada nama jalan, itu yang kami kerjakan," kata Mayora.

Selain itu, ia juga sedang memikirkan tentang penguatan lembaga adat. Dengan penguatan lembaga adat, maka ketika terjadi masalah-masalah tertentu di masyarakat tak langsung dibawa ke pengadilan, tapi bisa diselesaikan secara adat.

Baca juga: Cerita di Balik Pelajar SMK Jadi Waria, Tertangkap Saat Layani Tamu hingga Mengaku Iseng

Aktivitas Mayora saat mengajar anak-anak di Maumere, NTT.dok BBC Indonesia Aktivitas Mayora saat mengajar anak-anak di Maumere, NTT.
Maria Nona Lore, Kepala Desa Habi mengaku mendukung ide Mayora. Ia berencana untuk mengalokasikan sebesar Rp 100 juta, atau sekitar 12,8% dari total dana desa Rp780 juta untuk program Dasa Wisma.

"Sekarang kan tiap RT sudah terbentuk dan ada kegiatan, dan nanti kita kasih kan. Sesuai kebutuhan mereka," katanya.

Maria juga mengatakan memberikan hak yang sama terhadap waria di desanya terkait dengan program-program desa.

"Artinya kita manusiakan. Toh sama, untuk hidup. Itu masuk hak asasi toh. Jadi apa pun keadaannya kita harus terima, apalagi selama ini tidak berbuat yang aneh-aneh," katanya.

Baca juga: Sekolah Relawan Bagikan Paket Sembako untuk Komunitas Waria

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com