Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satwa-satwa Endemik Ditemukan di Pegunungan Sanggabuana Karawang, Terancam Pemburu Liar

Kompas.com - 28/07/2020, 06:14 WIB
Farida Farhan,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

KARAWANG, KOMPAS.com - Pegunungan Sanggabuana, Karawang, Jawa Barat, masih menyimpan beragam satwa endemik.

Sayangnya keberadaan hewan-hewan di kawasan pegunungan dengan tinggi 1291 mdpl itu terancam pemburu liar.

Pada Rabu (15/7/2020) Komunitas Pendaki Gunung (KPG) Regional Depok yang didukung oleh KPG regional Karawang, KPG regional Bekasi, The Wildlife Photographers Community (WPC), dan tim dari Bara Rimba Karawang melakukan Sanggabuana Wildlife Ekspedition.

Baca juga: Ancam Satwa Endemik, Walhi Imbau Izin 9 Perusahaan HTI Ditinjau Ulang

Dalam ekspedisi yang dilakukan selama delapan hari itu, tim menemukan, mendata dan mendokumentasikan beberapa satwa langka.

Mereka terdiri dari primata endemik, burung, karnivora besar, beberapa mamalia, dan serangga.

"Tim ekspedisi berhasil menemukan owa Jawa, Surili, kera ekor panjang, dan lutung jawa yang merupakan endemik jawa. Juga macan tutul dan macan kumbang serta elang Jawa," ujar Ketua Tim Sanggabuana Wildlife Ekspedition Bernard T. Wahyu Wiryanta melalui rilis ke Kompas.com, Senin (27/07/2020). 

Baca juga: Puluhan Burung Endemik Maluku Utara Dilepas di Hutan Halmahera

 

Macan tutul mati, dibunuh pemburu

Seekor macan tutul tewas ditembak pemburu gelap di Pegunungan Sanggabuana pada Mei 2020.HANDOUT Seekor macan tutul tewas ditembak pemburu gelap di Pegunungan Sanggabuana pada Mei 2020.
Bernard yang juga seorang fotografer alam liar, pernah membuntuti seorang pemburu di Gunung Sanggabuana. Pemburu itu membawa senapan panjang.

"Senjata yang ditenteng pemburu itu adalah model senapan yang dipakai tentara jaman perang sama Belanda dulu," ujar Bernard.

Senapan didor lalu dicolok atau dorlok adalah bedil yang dibuat secara tradisional. Populer digunakan saat masa penjajahan Belanda. Mekanismenya masih sederhana, dorlok artinya setelah ditembakkan mesti ditusuk untuk mengeluarkan selongsong kemudian diisi peluru lagi.

"Mekanismenya masih manual, memasukkan mesiu, kemudian pelurunya dari timah di cor, ini kalibernya bisa lebih besar dari AK-47 atau SS1," ungkapnya.

Baca juga: 3 Tenaga Kesehatan Positif Covid-19, 2 Puskesmas di Karawang Ditutup

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com