Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satwa-satwa Endemik Ditemukan di Pegunungan Sanggabuana Karawang, Terancam Pemburu Liar

Kompas.com - 28/07/2020, 06:14 WIB
Farida Farhan,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

 

Bernard menyebut pemburu bersenjata dorlok sudah makan korban di Sanggabuana. Seekor macan tutul atau Panthera Pardus Melas pernah ditemukan tewas. Perburuan gelap itu dipergoki oleh tentara.

"Salah satu tentara memberi kita laporan bahwa bulan Mei 2020 mereka bertemu pemburu yang habis nembak macan tutul, dan ini fotonya sebagai bukti," kata dia.

Namun, hingga saat ini, kasus pembunuhan seekor macan tutul di Sanggabuana itu belum ada kabar. "Usai menembak macan, pemburu itu diomelin tentara. Sayangnya polhut atau otoritas berwenang lain tak terlihat perannya," ujar Bernard.

Bernard tim dan warga setempat masih mengecek keberadaan bangkai macan tersebut. "Kalau ketemu infonya baru kita akan lapor ke Gakkum KLHK untuk disita," kata Bernard.

Mitigasi bencana longsor hingga kekeringan

Selain satwa endemik, tim juga potensi bencana longsor di beberapa titik. Koordinat titik longsor tersebut sudah dicatat dan dipetakan, berikut skala kerawanannya.

Tim juga menghitung hulu mata air yang ada di sepanjang jajaran pegunungan Sanggabuana. Dari citra satelit sebelum ekspedisi, tim mendata ada sekitar 157 titik hulu sungai atau mata air.

Hampir 60 persen berada di sisi selatan dan bermuara atau menjadi penyuplai debit air di Waduk Jatiluhur.

Sementara sisanya, terang Bernard merupakan sumber mata air Citarum. Namun selama ekspedisi, hampir 50 persen lebih hulu mata air ini mengalami kekeringan, hanya menyisakan bekas aliran sungai kering.

Bernard menyebut matinya hulu sungai atau mata air ini merupakan indikasi bahwa hutan di kawasan Pegunungan Sanggabuana sudah megalami perubahan dan harus segera dibenahi.

"Beberapa kali tim mendapati alih fungsi hutan menjadi perkebunan kopi, sengon dan hutan rakyat. Juga banyaknya bekas pohon besar yang ditebang oleh oknum masyarakat," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com