Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kami Mencoba Selamatkan Diri, tapi Diadang Air yang Lebih Deras"

Kompas.com - 24/07/2020, 12:05 WIB
Amran Amir,
Khairina

Tim Redaksi

 

LUWU UTARA, KOMPAS.comBanjir bandang yang melanda enam kecamatan di Luwu Utara, Sulawesi Selatan  pada Senin, (13/7/2020) mengakibatkan ribuan rumah terendam banjir bercampur lumpur.

Akibat banjir, warga mengungsi di berbagai tempat seperti rumah ibadah, perkantoran dan rumah kerabat atau keluarga bahkan ada yang mengungsi keluar dari Kecamatan Masamba.

Salah seorang warga Lontang Pasar Lama Sulikan, Ardiana Saputri mengatakan, kondisi rumahnya saat ini sudah tak ada lagi, hancur akibat bencana.

"Harta benda sudah terkubur Pak dengan lumpur, tak ada yang bisa diselamatkan, yang ada hanya pakaian dalam tubuh. Saat ini kami mengungsi ke rumah orangtua di Kecamatan Bone-bone berjarak 40 kilometer dari Masamba," kata Ardiana saat dikonfirmasi, Jumat (24/7/2020).

Baca juga: Iba dengan Anak di Pengungsian Banjir Bandang Masamba, Ifanta Rela Jadi Pemotong Kuku

Ardiana mengatakan, saat banjir pertama datang pada Minggu (12/7/2020) malam, mereka sudah mengungsi ke Gedung Pemuda bersama 19 keluarga.

Namun, pada Senin (13/7/2020) malam banjir kembali terjadi dan merendam tempat pengungsian mereka.

“Pada Senin (13/7/2020) malam sekitar pukul 19.30 WITA terjadi banjir lagi, tempat pengungsian kami di Gedung Pemuda terendam banjir, kami melihat air terus meluap dan membawa kayu gelondongan, kami mencoba menerobos untuk menyelamatkan diri menuju Desa Radda, Kecamatan Baebunta, tetapi kami diadang air juga yang lebih deras," kata sambil menangis menceritakan kejadian yang dialaminya.

Ardiana berempat dengan keluarganya memilih naik ke gunung, hanya tangis para keluarga yang bisa terdengar. Suasana saat itu gelap bercampur hujan sehingga para pengungsi hanya bisa berdoa.

Ardiana dan keluarganya kini hanya bisa melihat bekas rumahnya yang hancur terendam lumpur.

“Dengan lumpur setinggi itu kami belum bisa membersihkan, biarlah kami mengungsi dulu ke Bone-bone bersama keluarga, apalagi tidak tahu apa banjir masih ada susulannya,” ucap Ardiana.

Baca juga: Pasangan Ini Menikah di Tengah Pengungsian Banjir Bandang Luwu Utara

Saat ditemui di lokasi, Ardiana bersama keluarganya terlihat membawa tas yang berisikan beberapa pakaian untuk mereka gunakan.

Pascabanjir, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Luwu Utara, Sulawesi Selatan merilis dampak akibat banjir Luwu Utara, antara lain 10 orang dinyatakan hilang, 106 luka atau dirawat di rumah sakit dan 38 orang meninggal dunia.

“Untuk warga yang mengungsi sebanyak 14.483 jiwa tersebar di berbagai posko pengungsian dan tenda darurat dengan kondisi sebagai mengalami sakit yakni ISPA 409 orang, diare 46 orang, dermatitis 195 orang, hipertensi 230 orang, sementara untuk ibu hamil ada 303 orang, Bayi sebanyak 447 orang, Balita 2.223 orang dan Lansia sebanyak 2.623 orang,” ujar Muslim Muchtar, Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Luwu Utara.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com