Adapun, sebanyak 60 persen mengatakan selalu jaga jarak dan 31 persen menjawab sering melakukan physical distancing di luar rumah.
Total terdapat 91 persen responden yang mengaku selalu jaga jarak dan sering melakukannya ketika berada di luar rumah.
Survei yang dikeluarkan oleh Social Resiliene Lab NTU Singapura bersama organisasi Lapor Covid-19 dilakukan pada 19 Juni hingga 10 Juli 2020.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data merupakan metode kuota sampling dengan variabel penduduk per kelurahan.
Sedangkan metode analisis survei ini menggunakan formula Spearman Rho untuk mengukur korelasi antara variabel dan faktor ekonomi.
Baca juga: Surabaya Dinilai Belum Siap Memulai Adaptasi Tatanan Normal Baru, Mengapa?
Survei ini dilakukan secara online menggunakan platform Quatric yang disebar melalui aplikasi pesan instan, WhatsApp, dan melibatkan 2.895 responden dari Surabaya.
Meskipun tingkat kepatuhan warga Surabaya dalam menerapkan protokol kesehatan sangat tinggi, namun lonjakan angka kasus Covid-19 justru meningkat tajam setiap harinya, mengapa?
Saat berkunjung ke Surabaya pada 25 Juni lalu, Presiden Joko Widodo memberikan tenggat waktu dua pekan kepada Pemprov Jatim untuk menurunkan angka kasus Covid-19 di Jatim.
Saat itu, Jokowi juga menyinggung soal Surabaya Raya (Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik) sebagai daerah penyumbang Covid-19 tertinggi di Jatim lebih dari 50 persen.
Dua pekan berlalu, grafik pertambahan kasus, khususnya di Surabaya, justru meningkat tajam. Bahkan, Surabaya masih menjadi daerah penyumbang terbanyak angka kasus positif Covid-19 di Jatim.