Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Surabaya Dinilai Belum Siap Memulai Adaptasi Tatanan Normal Baru, Mengapa?

Kompas.com - 17/07/2020, 06:54 WIB
Ghinan Salman,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Surabaya dinilai belum siap untuk memulai adaptasi menuju tatanan normal baru lantaran aspek persepsi risiko warga Surabaya terhadap penularan virus corona baru atau Covid-19 rendah.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Nanyang Technological University (NTU) Singapura bekerja sama dengan Laporcovid19.org, indeks persepsi risiko di Surabaya memang lebih baik dibandingkan DKI Jakarta.

Associate Professor Sosiologi Bencana NTU Singapura Sulfikar Amir mengatakan, Surabaya memiliki nilai indeks persepsi risiko 3,42 dan indeks persepsi risiko Jakarta 3,30.

"Walaupun demikian, secara umum kondisi persepsi risiko warga Surabaya masih jauh dari siap untuk memasuki pelonggaran pembatasan sosial," kata Sulfikar, dalam webinar Lapor Covid-19 melalui aplikasi Zoom, Kamis (16/7/2020).

Baca juga: Survei: 16 Persen Warga Surabaya Rela Tertular Covid-19 Demi Penuhi Kebutuhan Ekonomi

Sulfikar menuturkan, nilai indeks persepsi risiko 3,42 di Surabaya ini diperoleh dari hasil analisis yang meliputi enam variabel, yakni, proteksi diri (4,25), pengetahuan (3,84), modal sosial (3,17), ekonomi (2,99), dan persepsi risiko itu sendiri (2,84).

Menurut Sulfikar, nilai indeks persepsi risiko 3,42 di Surabaya itu berada di antara kategori agak siap dan kurang siap.

Sedangkan untuk memulai adaptasi menuju normal baru atau melonggarkan pembatasan sosial, idealnya indeks persepsi risiko di suatu daerah atau wilayah harus mencapai di atas 4,00.

Dengan indeks persepsi risiko di atas 4,00, laju penularan virus corona diyakini dapat terkendali.

Berdasarkan temuan itu, Sulfikar menilai, Surabaya semestinya masih perlu menerapkan pembatasan sosial untuk menekan laju penularan Covid-19.

"Pembatasan sosial (di Surabaya) masih dibutuhkan, setidaknya di beberapa sektor publik yang rentan (terjadi) penularan," kata Sulfikar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com