Namun setibanya di Malaysia, dia mengaku harus bekerja untuk melunasi utang serta membiayai tiga orang anak dan satu istri yang kini masih berada di kamp pengungsian Bangladesh.
"Tidak bayar naik kapal, nanti bayar kalau sudah cari kerja di Malaysia. Sekarang tak bayar karena tak punya uang, tapi nanti baru bayar kalau sudah bekerja," kata Bilal melalui penerjemah.
Baca juga: Prioritas Utama Pemerintah, Membawa Pengungsi Rohingya Kembali ke Rakhine
Di kapal, kisah pilu Muhammad Yusuf dan para pengungsi Rohingya lainnya berlanjut.
Yusuf mengaku para pengungsi Rohingya disiksa oleh sembilan orang Burma dari Myanmar, negara yang mengusir orang-orang Rohingya. Mereka, menurut Yusuf, memiliki senjata api dan senjata tajam lainnya
"Stok makan kita diatur oleh orang Burma, dari makan satu hari sekali, sampai makan empat hari sekali.
"Saya sempat dipukul dengan besi tajam, dihantam dengan kayu di punggung, sampai ditendang di bagian muka," tutur Yusuf.
Baca juga: Menlu: atas Nama Kemanusiaan, Indonesia Menerima Sementara Pengungsi Rohingya
Muhammad Nabi, pengungsi Rohingya lainnya, mengaku juga menerima perlakuan tersebut.
Dia mengklaim sempat dipukul dan disiram dengan air panas dari mesin oleh sekumpulan orang Burma yang mengoperasikan kapal, saat meminta makanan dan minuman karena dahaga.
"Saya minta makan, saya minta minuman, tapi dibilang bodoh oleh orang Burma, kemudian disiram air panas," kata Muhammad Nabi sambil menunjukkan bekas luka pada bagian kaki kanan.
Siksaan itu berakibat fatal pada sejumlah pengungsi Rohingya.
"Beberapa lainnya mati di laut. Karena itu, kami tersisa 99 orang," kisah Yusuf.
Terdapat 99 pengungsi Rohingya yang terdampar di utara laut Aceh.
Baca juga: Rohingya di Aceh, Dilema Antara Kemanusiaan dan Potensi Kecemburuan Sosial
Satu kapal yang berisi orang Burma telah kembali ke Bangladesh, satu kapal masih berada di laut, sementara kapal yang dinaikinya mengalami kerusakan mesin.
Menurut Muhammad Nabi, orang-orang Burma meninggalkan mereka begitu kapal mereka rusak di tengah laut.
"Mereka orang Burma lari dengan satu kapal lagi ke Bangladesh, setelah mesin kapal kami rusak," ujarnya.
Baca juga: Dompet Dhuafa Ikut Terjun Langsung Selamatkan Pengungsi Rohingya di Aceh Utara